Friday, July 10, 2009

BERSYUKUR dan BERSABAR ...

Pada zaman khalifah al-Manshur, salah seorang menterinya, Al-Ashma'i, melakukan perburuan. Karena keasyikan mengejar buruannya, ia terpisah dari kelompoknya. Ia tersesat dalam padang sahara.

Ketika rasa haus mencekamnya, dalam kejauhan ia melihat sebuah kemah. Terasing dan sendirian. Ia memacu kudanya ke arah sana dan menemukan penghuni yang memukau: perempuan muda dan jelita. Ia meminta air. Perempuan itu berkata, "Ada air sedikit, tetapi aku persiapkan hanya untuk suamiku. Ada sisa minumanku. Kalau engkau mau, ambillah."

Tiba-tiba wajah perempuan itu tampak siaga. Ia memandang kepulan debu dari kejauhan. "Suamiku datang," katanya. Wanita itu kemudian menyiapkan air minum dan kain pembersih.

Lelaki yang datang itu lebih mudah disebut bekas manusia. Seorang tua yang jelek dan menakutkan. Mulutnya tidak henti-hentinya menghardik istrinya. Tidak satupun perkataan keluar dari mulut perempuan itu. Ia membersihkan kaki suaminya, menyerahkan minuman dengan khidmat, dan menuntunnya dengan mesra masuk ke kemahnya.

Sebelum pergi, Al-Ashma'i bertanya, "Engkau muda, cantik, dan setia. Kombinasi yang jarang sekali terjadi.  Mengapa engkau korbankan dirimu untuk melayani lelaki tua yang berakhlak buruk."

Jawaban perempuan itu mengejutkan, "Rasulullah Muhammad SAW bersabda, agama itu terdiri dari dua bagian: syukur dan sabar. Aku bersyukur karena Tuhan telah menganugerahkan kepadaku kemudaan, kecantikan, dan perlindungan. Ia membimbingku untuk berakhlak baik. Aku telah melaksanakan setengah agamaku. Karena itu, aku ingin melengkapi agamaku dengan setengahnya lagi, yakni bersabar."

Boleh jadi kisah ini bias jender dilihat dari satu perspekif. Tetapi, kisah ini menunjukkan keputusan rohaniah ketika menetapkan pilihan, dari perspektif yang lain.

Ia memilih menyempurnakan agamanya, dengan menambahkan sabar setelah syukur.

Bersyukur adalah belajar memperhatikan anugerah, yang sebetulnya jauh lebih banyak dan lebih bernilai ketimbang musibah.

(dari Renungan Idul Fitri, oleh Jalaluddin Rakhmat - beberapa tahun silam)

No comments:

Post a Comment