Saturday, June 27, 2009

TRIBUTE to FARRAH FAWCETT and MICHAEL JACKSON

Seluruh media cetak dan elektronik sedunia ramai membicarakan berpulangnya King of Pop, MICHAEL 'JACKO' JACKSON. Tetapi tidak banyak media yang memberitakan berpulangnya salah satu Charlie's Angels yang pernah begitu populer dengan rambutnya yang keemasan, FARRAH FAWCETT.

Ferrah Leni Fawcett dilahirkan di Texas pada tanggal 2-Feb-1947. Si bungsu dari dua bersaudara wanita ini, mengawali karirnya sebagai bintang iklan di akhir 1960an dan awal 1970an. Pernah menjadi bintang tamu di "I Dream of Jeannie" di era 1968-1969, kemudian semakin populer ketika muncul di serial "The Six Million Dollar Man" pada episode awal sekitar tahun 1974, bersama Lee Majors. Tahun 1976 mencatat kemunculan Farrah Fawcett di serial "Charlie's Angels" bersama Kate Jackson dan Jaclyn Smith. Farrah yang ketika itu sudah melengkapi namanya dengan Farrah Fawcett-Majors (karena pernikahannya dengan Lee Majors) tampil sebagai tokoh Jill Munroe. Gaya penampilan rambutnya yang dikenal sebagai 'Farrah Hair' atau 'Farrah Do' menjadi international trend. Setelah melewati semusim, Farrah digantikan oleh Cheryl Ladd, yang tampil sebagai Kris Munroe, adik Jill.

Farrah pernah menjadi nominator untuk Emmy Award maupun Golden Globe, untuk beberapa film layar perak maupun layar kaca nya yang gemilang. Sempat menjadi nyonya Lee Majors dari tahun 1973-1982, dan sejak 1982 Farrah menjalin kehidupan asmaranya dengan Ryan O'Neal sampai 1997, dan kemudian rujuk kembali sejak 2001 sampai di akhir hayatnya.

Kakak Frrah, Diane meninggal karena lung cancer di tahun 2001 menjeang usianya yang ke 63. Farrah sendiri sudah didiagnosa menderita anal cancer sejak 2006. Dan wafat pada tanggal 25-Jun-2009 pk. 09:28 PDT (Pacific Daylight Time GMT -0700), dengan didampingi oleh Ryan O'Neal, sang kekasih yang tidak pernah dinikahinya, dan Alana Stewart, sahabat dekatnya, di Santa Monica California.

Salah seorang rekannya di Charlie's Angels, Jaclyn Smith berkata: "Farrah had courage, she had strength, and she had faith. And now she has peace as she rests with the real angels." Sementara Kate Jackson masih mengenang senyum Farrah, "Today when you think of Farrah remember her smiling because that is exactly how she wanted to be remembered, smiling."

Sementara pada pk 14:26 di hari yang sama, JACKO diumumkan wafat di UCLA Medical Center. Michael Joseph Jackon dilahirkan pada tanggal 29-Aug-1958 di Indiana. Di masa kecilnya terkenal saat bergabung dengan saudara2nya JACKSON 5, akhir 60an awal 70an, populer a.l. dengan "I'll Be There", "Ben", dan "Got To Be There". Di Indonesia (Jakarta), JACKSON 5 pernah populer bersama pesaingnya saat itu, OSMOND BROTHERS (Michael Jackson vs Donny Osmond) - bahkan kemudian persaingan bertambah ketika Janet Jackson tampil dan bersaing dengan Marie Osmond.  Persaingan buyar ketika Osmond Brothers mulai menghilang popularitasnya.

Berbeda dengan kematian Farrah Fawcett yang sudah mulai hilang popularitasnya di usia 62, kematian Jacko di usia 50 nya masih tetap penuh dengan sensasional. Buktinya, ketika kabar kematiannya mendunia, praktis semua media dikuasai oleh berita tsb. Bahkan "News of Jackson's death spread quickly online, causing many websites to experience technical difficulties following the unanticipated swell of users. Google announced technical difficulties after a sudden increase in searches for "Michael Jackson" led the company to believe it was under attack from hackers, while social networking site Twitter reported a crash after record numbers of users used the site to spread the news of Jackson's death.Wikipedia also experienced technical difficulties, and crashed at 3:15 PDT, reportedly due to excessive edits and user overload." Masih ada lagi ... dalam sekejap, beberapa laginya kembali menduduki tangga lagu di beberapa negara, dan penjualan album2 lamanya tiba-tiba melonjak. 

"Heal The World" salah satu hit Jacko seringkali diperdengarkan di beberapa stasiun televisi swasta Indonesia, apabila ada berita mengenai bencana alam.

Inilah ironi kehidupan manusia di dunia popularitas selebriti. Yang satu meninggal tanpa publikasi yang luas, sementara yang satu meninggal diiringi popularitas dan sensasional. Bahkan masih bisa mengatrol penjualan albumnya.

Semoga keduanya diterima di sisi Sang Maha Pencipta, sesuai dengan amal perbuatannya selama di dunia.

Friday, June 26, 2009

It's all about 'SILENCE' ...

The deepest feeling always shows itself in silence (Marianne Moore)

Silence is the mother of truth (Benjamin Disraeli)

The world would be happier if men had the same capacity to be silent that they have to speak (Baruch Spinoza)

True silence is the rest of the mind, and is to the spirit what sleep is to the body, nourishment and refreshment (William Penn)

Silence has a regenerative power of its own. It is always sacred. It always return you home (Barbara De Angelis)

Learn to get in touch with the silence within yourself, and know that everything in life has purpose. There are no mistakes, no coincidences, all events are blessings given to us to learn from (Elizabeth Kubler-Ross)

Speech is silver, silence is golden; speech is human, silence is divine (German Proverb)

Silence is the language God speaks and everything else is a bad translation (John B. O'Reilly)

What it is that stands higher than words? Action. What is it that stands higher than action? Silence (Francis of Assisi)

Blessed is the man who, having nothing to say, abstains from giving us windy evidence of the fact (George Eliot)

Silence is wisdom's best reply (Euripedes)

A properly kept silence is a beautiful thing; it is nothing less than the father of very wise thoughts (Diodicus)

We can do more work in the silence than we can by moving the lips and letting the mouth make a continuous noise. That interferes with our own thinking as well as with other people's. There is a stillness in a thinker's mind; there is a quietness in a thinker's presence, where even words are entirely unnecessary (Robert Beesley)

True silence really means going deep within yourself to that place where nothing is happening, where you transcend time and space. ... Silence is the ultimate reality (Robert Adams)

Therefore, when I reach my saturation point, I prefer to keep silence and watch my surroundings. And it's reflecting the human habbits of raced against their ambitious, egoism and selfish. Sometime they become very rude, wild, ill manner, handling without mittens, and off base.

SILENCE IS GOLDEN

In the attitude of silence the soul finds the path in a clearer light, and what is elusive and deceptive resolves itself into crystal clearness. Our life is a long and arduous quest after Truth (Mahatma Gandhi)
American Proverb : SILENCE IS GOLDEN, SPEECH IS SILVER - EASY COME, EASY GO - WHEN PLEASURE INTERFERES WITH BUSINESS, GIVE UP BUSINESS
GRATEFUL, PATIENCE and SINCERE ... THAT'S THE KEY WORDS
NEVER GIVE UP, BUT BE REALISTIC ...

Monday, June 22, 2009

ARROGANT .........

If your enemy is secure at all points, be prepared for him. If he is in superior strength, evade him. If your opponent is temperamental, seek to irritate him. Pretend to be weak, that he may grow arrogant. If he is taking his ease, give him no rest. If his forces are united, separate them. If sovereign and subject are in accord, put division between them. Attack him where he is unprepared, appear where you are not expected (Sun Tzu)

THE SIN WHICH MAKES YOU SAD AND REPENTANT IS MORE LIKED BY ALLAH THAN THE GOOD DEED WHICH TURNS YOU ARROGANT (Imam Ali, Peak of Eloquence, Nahjul Balagha)

I COULD NEVER THINK WELL OF A MAN'S INTELLECTUAL OR MORAL CHARACTER, IF HE WAS HABITUALLY UNFAITHFUL TO HIS APPOINTMENTS (Nathaniel Emmons)

I saw it last week end ...

THE CHARACTER OF A MAN IS KNOWN FROM HIS CONVERSATIONS Menander (342 BC - 292 BC)

Another sign again from what I saw and watch last week end ...

NEARLY ALL MEN CAN STAND ADVERSITY, BUT IF YOU WANT TO TEST A MAN'S CHARACTER, GIVE HIM POWER (Abraham Lincoln 1809-1865)

This is what I saw and watch last week end ...

Sunday, June 21, 2009

PUBLIC RELATIONS & EVENT MANAGEMENT (Part 2)

Event terbagi atas berbagai macam kategori dan jenis. Tiap event bisa saja merupakan gabungan (kolaborasi) dari beberapa jenis. Misalnya ada pameran yang dilengkapi dengan seminar, press conference dan kunjungan ke pabrik (factory visit). Berikut ini adalah jenis-jenis event berdasarkan kategori masing-masing.

Corporate Events
(pengertian corporate bukan hanya untuk perusahaan, tetapi juga untuk organisasi / institusi / lembaga)


Shareholder Meeting (RUPS)
Board Meeting (Rapat Dewan Direksi)
Annual Meeting (Rapat Kerja Tahunan)
Dealers/Distributors Meeting
Press Conference (Jumpa Pers), Press Tour/Visit
Product Launching (Peluncuran Produk)
In-House Training
Marketing Gathering
Corporate Anniversary
Employee’s Gathering atau Family Gathering
Workshop, seminar, convention, symposium, congress
Open House (biasanya di lembaga pendidikan)
Exhibition (pameran tunggal atau ikut serta di pameran lain)
Religious/Holiday/Social Corporate Events
Tea Walk, Outing / Outbound (outdoor sport corporate event)
Appreciation Reward (bisa untuk karyawan/internal, atau bisa juga untuk nasabah/eksternal)
 Peresmian kantor/cabang baru (official corporate event)
 Serah Terima Jabatan/Pelantikan (official corporate event)
 Penanda-tanganan Perjanjian Kerja Sama/MOU (official corporate event)
IPO Expose (official corporate event)
other meetings (kategori Convention yang dipakai di sini), dll.

Convention (juga berlaku untuk organisasi / institusi / lembaga)

Conference (konperensi)
Congress (kongres)
Convention (konvensi)
Summit Meeting (KTT)
Assembly Meeting 
Plenary Meeting (sidang paripurna)
Break-Out Meetings (rapat kelompok/komisi/bidang)
Conclave (rapat tertutup pemiulihan Paus di Vatican)
Seminar (bersifat umum atau teknis)
Workshop (bersifat umum atau teknis)
Discussion (Panel, Round Table, Open)
Business Forum
Governmental Meetings (Regional, International)
Colloquium, Symposium (banyak dipergunakan oleh perguruan tinggi/akademisi dan kalangan pharmaceutical dan medical community)
 MUNAS, MUSDA, MUKTAMAR
 RAKERNAS, RAKERDA, RAKER, dll.

Exhibition

 Pekan Raya (Expo/Fair)
 Pasar Murah (Bazaar)
 Pameran Dagang (Trade Exhibition) - general, specific, serial, annual, biennal
 Pameran Penjualan (Sales Exhibition) - s.d.a.
 Pameran Eceran (Retail Exhibition) - s.d.a.
 Pameran Pemasaran Perdana (Market Launch Exhibition)
 Pameran Musiman (Seasonal Exhibition)
 Pameran Tetap (Permanent Exhibition/Showroom)
 Pameran Keliling (Roadshow)
 Pameran Kebudayaan/Non-Komersial (Cultural/Non-Commercial Exhibition), dll

Social Events

Fund Raising (kadang kala dengan lelang)
Wedding (traditional / modern)
Graduation (Wisuda), Dies Natalis, Lustrum
 Upacara Kenegaraan
Birthday Party (pesta ulang tahun)
Women Gathering
 Halal Bihalal, Qurban, Buka Puasa Bersama, Natal Bersama, Paskah, Retret
 Pemakaman, Pemakaman Kenegaraan, dll.

Outdoor Events

Summer Camp, camping, rock climbing, caving
Jamboree (international, regional, national), Raimuna
Outbound / Outing, Tea Walk, adventure trip
Parade / Carnival, demo
Long March, 5K / 10K, Tea Walk, any outdoor sport activities
Winter Ice Carving, dll.

Sport Events (bisa indoor maupun outdoor)

Summer Olympic, Winter Olympic
Olympic for Handicaps
Asian Games, SEA Games
World Cup
Tournament
Racing, Rally, Off Road
Crushbone, Street Ball, Futsal, Boladiator, dll.

Competition Events (bisa indoor maupun outdoor)

 Pemilihan Putri Indonesia, Abang None Jakarte
 Olimpiade Fisika, Olimpiade Matematika
 PILDACIL, MTQ
Indonesian Idol, AFI, KDI, Festival Nasyid, Asia Bagus
 Lomba Band SMU, Pemilihan Bintang Radio
Fear Factor, dlsb.

Traditional Events

 Eka Dasa Rudra (sebuah acara keagamaan Hindu Bali, sekali dalam seabad, terakhir tahun 1979)
 Pemakaman Tradisional (a.l. Ngaben in Bali, atau di Tana Toraja etc.)
 Karapan Sapi di Madura
 Sekaten di Yogyakarta
 Metatah (perataan/pengasahan gigi pada gadis yang baru memasuki usia dewasa di Bali)
 dan masih ratusan traditional events di tiap daerah Indonesia

Catatan : Semua acara/upacara tradisional yang akan di “komersial”kan (dijadikan objek wisata dll.) perlu dikelola oleh EO yang profesional

Kadangkala pengelompokan event juga didasarkan pada hal-hal berikut ini :
• Frekuensi penyelenggaraan (annual, biennal, summer, winter, monthly, weekly, quarterly, dll.)
• Cakupan geografis (regional, national, international, ASEAN, AsPac, European, North American, South American, South Asia, dll.).

(BESAMBUNG)

Friday, June 19, 2009

IT'S PAINFUL .......

La forza che ci da / Edesiderio che / Ognuno trovi amor / Intornoe dentro se ve

We ask that life be kind / And watch us from above / We hope each soul will find / Another soul to love

Partly from "The Prayer" Josh Groban & Charlotte Church

Wednesday, June 17, 2009

ANAK

Nung isilang ka sa mundong ito, laking tuwa ng magulang mo, at ang kamay nila, ang iyong ilaw

At ang nanay at tatay mo'y, 'di malaman ang gagawin, minamasdan, pati pagtulog mo

At asa gabi'y napupuyat ang iyong nanay, sa pagtimpia ng gatas mo, at sa umaga nama 'y kalong ka ng iyong, amang tuwang-tuwa sa 'yo

Ngayon nga ay malaki ka na, nais mo'y maging malaya, 'diman sila payag, walang magagawa

Ikaw nga ay biglang nagbago, naging matigas ang iyong ulo, at ang payo nilai 'y, sinuway mo

'Di mo man lang inisip na ang kanilang, ginagawa'y para sa 'yo, pagka 't ang nais mo'y masunod, ang layaw mo 'di mo sila pinapansin

Nagdaan pa ang mga araw, at ang landas mo'y maligaw, ikaw ay nalulong, sa masaman bisyo

At ang una mong nilapitan, ang iyong inang lumuluha, at ang tanong nila, "Anak ba't ka nagkaganyan?"

At ang iyong mata, ng 'di mo napapansin, pagsisisi at sa isip mo't nalaman, mong ika 'y nagkamali

(Freddie Aguilar)

ALL OUR DREAMS CAN COME TRUE, IF WE HAVE THE COURAGE TO PURSUE THEM.

SOLAMENTE UNA VEZ

Solamente una vez, amé en la vida; 

solamente una vez, y nada más. 

Una vez nada más en mi huerto, brilló la esperanza, 

la esperanza que alumbra el camino, de mi soledad. 

Una vez nada más, se entrega el alma 

con la dulce y total, renunciación. 

Y cuando ese milagro realiza, el prodigio de amarse,

hay campanas de fiesta que cantan, en el corazón

Music and lyrics by Agustín Lara

Sung by Trio Los Panchos

LIFE IS DRAWING WITHOUT AN ERASER

PAKIRAMDAM NAG-IISA ...

it's nearly six years (next August 10), having no one to share with, to discuss about, to look at a same direction together, to care and to be cared, to caress and to be caressed .........

it look easy, but it's really heavy inside, to keep all the burden by yourself

sometime you will feel suffer from a loss, drove out of something that actually you want to keep it hard, and one of the most difficult feeling is pakiramdam nag-iisa .........

tonight I feel all of that again, hardly ...  naiwan ako sa kanya, naiwan ako ng kanyang hawakan at yakapin ...

this is all about you ...aking mahal huli asawa ...

Monday, June 15, 2009

PUBLIC RELATIONS & EVENT MANAGEMENT (Part 1)

“There are literally a hundred and one ways to explain and promote your company or organization, its products or services, policies or issues. A wide range of special events and promotions can be created and planned to reach your target audiences. The sky is the limit in events and promotions but, as well as creativity, sound planning is key to the success of special events and promotions. Special events are an important part of many public relations programs.” (Jim MacNamara dalam Public Relations Handbook for Managers and Executives).

Kalimat tersebut secara jelas memberikan gambaran makna dan status event di dalam kegiatan public relations. Seorang praktisi public relations mempunyai 4 kemungkinan profesi yang melibatkan kegiatannya dengan penyelenggaraan acara (event), masing-masing adalah :

• Praktisi PR yang bekerja di sebuah perusahaan dan melaksanakan sendiri semua acara (event) perusahaan, dibantu oleh tim pelaksana yang terdiri dari staf perusahaan.
• Ada juga praktisi PR yang bekerja di sebuah perusahaan dan menyerahkan penyelenggaraan semua acara (event) perusahaan kepada perusahaan jasa penyelenggara event (Event Organizer).
• Besar juga kemungkinan adanya praktisi PR yang justeru bekerja di Event Organizer (EO) dan selalu terlibat langsung dengan pelaksanaan acara (event) berbagai perusahaan.

• Kemungkinan ke-4 adalah praktisi PR yang bekerja di perusahaan konsultan PR dan sering memberikan saran dan pengarahan kepada perusahaan-perusahaan kliennya tentang penggunaan jasa EO sesuai dengan event yang akan diselenggarakan.

Bagi sebuah perusahaan yang sudah menjalankan program public relations terencana, ragam kegiatan terbagi atas dua kepentingan – internal dan eksternal. 

KEGIATAN INTERNAL a.l.
• In-house journal
• Announcement board, circulation
• Posters & wall charts
• Greeting cards
• Mailing list, intranet & ICQ Corp.
• Shareholder Meeting *
• Discussions, Briefings *
• Corporate Anniversary *
• Appreciation Reward *
• Presentation
• In-House Training *
• Marketing Gathering *
• Employee / Family Gathering *
• Religious / Holiday events *
• Corporate Identity Manual
• Social Corporate events (CSR) *


KEGIATAN EKSTERNAL a.l.
• Newsletter, Trade Journal
• Promotional printed materials
• Press/News Release
• Press Conference *
• Company Profile
• Annual Report (published)
• Advertorial/Corporatorial
• Polls, Questionnaires
• Product Launching *
• Corporate Website
• Exhibition (solo/participating) *
• Customer Meeting *
• IPO Expose * (if any)
• Seminars, workshops, conventions *
• Site visit *
• Sponsorship (any format)


Yang bertanda * adalah kegiatan berbentuk event

Perusahaan jasa penyelenggaraan acara (Event Organizer – EO) harus berpegang teguh pada perannya dalam menyelenggarakan event :
• Melaksanakan penyelenggaraan sebuah event dengan mekanisme standar sistem prosedur (Standard Operating Procedure/SOP) yang terencana dan sistematis, serta berdasarkan pada Pedoman Kerja (Working Manual) yang bersumber dari proses pengadaan Kerangka Acuan (Term-of-Reference), Pra-Proposal (Preliminary Proposal) dan Proposal Akhir (Final Proposal).
• Mengelola (managing/organizing) penyelenggaraan event secara professional
• Menjembatani kepentingan berbagai pihak terkait
• Memberikan pelayanan terbaik (tidak harus termahal)
• Kalau berbentuk badan hukum komersial, tentunya berusaha meraih keuntungan (tidak selalu berbentuk uang, tetapi bisa berupa portfolio, network, database, reference dlsb.)

Sebagai profesi, pada dekade 1980an dan 1990an, profesi PEO (Professional Exhibition Organizer – yang berpayung di dalam ASPERAPI, Asosiasi Perusahaan Penyelenggara Pameran Indonesia, dan UFI, Union des Foires Internationale) dan PCO (Professional Convention Organizer – yang berpayung di dalam INCCA, Indonesia National Congress and Convention Association, dan ICCA, International Congress and Convention Association), adalah para EO profesional yang banyak berkiprah di Indonesia. Tidak hanya untuk domestic events, tetapi juga international events di Indonesia dan mempromosikan Indonesia ke luar negeri. Di sisi lain, kehadiran para impressario turut menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara tujuan pagelaran musik internasional.

Sesudah masa ‘krismon’ hadirlah para EO (Event Organizer). Sebagian di antaranya mengarah pada spesialisasi, seperti para WO (Wedding Organizer) dan Outbound Organizer. Para WO diprakarsai oleh para professional photographers (yang membuat modern wedding organizer) dan para penata rias (yang membuat traditional wedding organizer)

(BERSAMBUNG)


Sunday, June 14, 2009

COMPETE WITH YOURSELF TO DO THE BEST JOB YOU CAN DO INSTEAD OF COMPETING WITH OTHERS. 

FRIENDSHIP NEEDS FREQUENT EXPRESSION TO REMAIN ALIVE

We are all human with frailties, foibles, and insecurities. We each need to be appreciated for the uniqueness that makes us individual, and we need to be told that we are appreciated. Maintaining friendships requires effort and persistent expression, both in word and deed. Tell your friends often how much you appreciate them.Remember occasions that are important to them. Congratulate them upon their achievements. Most important of all, let them know that you are there for them whenever they need you  (Napoleon Hill)
MUTUAL CONFIDENCE IS THE FOUNDATION OF ALL SATISFACTORY HUMAN RELATIONSHIPS.
DON'T BE SATISFIED WITH BEING GOOD AT YOUR JOB. BE THE BEST, AND YOU'LL BE INDISPENSABLE.
LEADERSHIP IS INFLUENCE.  I COULDN'T HAVE SAID IT ANY BETTER. YOU DON'T NEED A TITLE TO BE A LEADER IN LIFE. AND THE SIMPLE FACT OF HAVING A TITLE WON'T MAKE YOU A LEADER (Mark Sanborn)

THE SUREST WAY TO PROMOTE YOURSELF IS TO HELP OTHERS GET AHEAD

When you go out of your way to help others get ahead, it is inevitable that they will reciprocate. When you genuinely wish others well, even though you may feel a litlle envious that they are advancing faster than you or gaining more recognition, they will respond accordingly. Your good deeds will encourage them to do likewise. You may never know how many people have recommended you for a job, or a promotion, or helped you in some other way because you aided them when they needed it most  (Napoleon Hill)
GREAT THINGS ARE DONE BY A SERIES OF SMALL THINGS BROUGHT TOGETHER.

PESAN HATI ...

Awal istiqhfar adalah menyesal, syarat istighfar adalah bersih hati, hasil istighfar adalah banyak berbuat baik.
Menguasai diri adalah menahan marah ketika mampu meluapkan, bersikap tawadhu ketika mampu membanggakan diri.
Hati tidak bisa dibohongi.
Apapun kesalahannya, hati pasti tak akan menyukai.
Maka sebelum berbuat sesuatu bertanyalah kepada hati
.

The dating game is all about the approach ..

If you don’t try you are never going to get a date on your terms. Most people feel a little intimidated when they enter the dating game. They feel the pressure when trying to walk up to someone they don’t know and ask for a date. 

Breaking the ice is an important first step in this nerve racking process in the search for romance. The opening words you may utter will speak volumes. Literally, in less than 10 seconds you will either have set yourself up for life, has a definite date, or be going home alone as usual with your tail between your legs.

The initial step in initiating a date is simple but daunting. Psychologists tell us that people make their mind up within seconds and I think most of us who are truthful will agree that we know pretty much instantly if we are attracted to someone or not. This can be changed over time but why make it hard for ourselves? Why not strike when the irons hot and grab our date on the first attempt.

If that is the case why is speaking still important? Well, looks are the visual presentation and if someone likes the look of us, it’s a start but not the full package.

Here are some tips:

1) SMILE -
Psychology and body language experts agree that one of the easiest things you can do to make yourself instantly attractive and approachable is to smile. Make yourself look like a fun person to be with. The look of happiness is an attractive quality.

2) EYE CONTACT -
Harvard psychologist Zick Rubin discovered that when deeply in love, couples look at each other when talking, and are slower to look away when someone else joins the conversation. Simply lock eyes with the person you are attracted to and keep them there, even when they’ve finished talking or someone else joins in,’ advises expert and flirting guru Tracy Cox. This way they will know that you’re more interested in them than the other person. If they hold your gaze several times in a row, you can be quietly confident they like you too.

3) COPY BODY MOVEmenTS -
Mirroring someone’s body language is the single most effective trick to flirting. Just match their gestures and movements. We like people who are like us. If they mirror our behaviour we sense they are on the same level and they tend to drop their guard and let us into their personal space. If the other person is interested they tend to start copying your body language too.

4) LISTEN -
They will feel more important and flattered if they feel you are listening to them. You are making them feel good about themselves and if they feel good about them selves they are more likely to stick around you, giving you all the time you need to impress them.

5) TOUCH -
Touch is the number one instant bonder. A momentary touch can have an electric effect on how somebody feels about you. The more you like someone, the more you want to touch them and the more you touch them, the more they tend to like you.

6) COMPLIMENTS -
Compliments, if done correctly will always make someone feel good about themselves. They are more likely to like you and become more responsive to your advances
It is often said that women are generally attracted to men who are witty and amusing. This can be confirmed if you look at any dating column request. “Must have a (GSOH) good sense of humor”. A funny, comical approach is always a great opener. Women don’t want a 24hour stand up comedian but to break the ice, humor does work. The delivery of this humor is essentially the key, which brings me to my final point.

Chat up lines. They do work, and always will if done correctly. For some, chat up lines is a chore and look stressful to watch. Many come across as aggressive and foolish just because their anxiety levels are rocketing. Under these stress level they just tense up or communicate in a manner they would under normal circumstances. It is all about practice and confidence. The more people you speak to, the more socialable you become and the quicker you will master it.

Look at chat up lines as an ice breaker, not the foundations of a potential relationship (from: one of my favorite mailist)

SEASC 2009

Apa yang unik dalam tahap persiapan penyelenggaraan SEASC 2009?

Pertama - waktu yang tersedia. Praktis kegiatan yang sesungguhnya baru dimulai sejak 4-Feb-2009. Setelah sebelumnya di tahun 2008 saya membantu persiapan penyusunan term-of-reference nya. Tetapi hasil proses pelelangannya tidak mampu memenuhi seluruh harapan. Sehingga sejak 4-Feb-2009, sebuah konsep penyelenggaraan yang baru harus disiapkan. 4-Feb ke 4-Aug-2009 ... hanya 6 bulan, untuk sebuah international event yang terdiri dari sebuah kongress untuk 500 orang dari sekitar 20 negara selama 3 hari, 24 technical session selama 3 hari penuh, 3 hari pameran untuk sekitar 49 space/booths, 2 additional meetings/seminar/workshop dengan jumlah orang sekitar 250 di 3 ruangan yang terpisah, 4 special occasion (welcome party, opening ceremony, gala dinner, closing ceremony), hospitality dlsb.

Kedua - keterbatasan dana kerja. Karena seluruh anggaran yang tersedia sudah disalurkan sesuai prosedur yang ada ke pemenang lelang, maka praktis konsep pembaharuan ini harus mulai bekerja tanpa dukungan ketersediaan dana yang memadai. Scratch from the bottom.

Ketiga - jumlah personil yang mengelola persiapan. Untuk sebuah international event seperti ini sebetulnya dibutuhkan jumlah personil yang cukup banyak, disertai pembagian tugas pekerjaan yang merata. Tetapi berpijak pada kenyataan yang ada dan ketersediaan personil yang siap menjalankan tugasnya, maka personil inti yang terlibat aktif hanya 9 orang. Itupun tidak kesemuanya bisa full-task, karena pekerjaan rutin dan tanggung jawab lainnya yang sudah ada sebelum ini. Di luar yang 9 ini, memang tenaga bantuan yang sifatnya tidak mengikat dan tidak rutin tetap ada, tetapi bukan dalam kapasitas terlibat langsung di konsep persiapan penyelenggaraan.

Seru kan? Itulah keunikan yang saya rasakan. Kadangkala harus diakui bahwa banyak hal tidak bisa berpedoman hanya pada buku (by-the book). Kejelian, kecermatan, kegesitan, tanggap, inisiatif, mobilitas, 'tahan-banting', disertai teamwork spirit memang mampu menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Di keadaan seperti inilah banyak teori bisa tersingkirkan tanpa disadari. Professional experience menjadi tumpuan pola kerja. Individul skill menjadi andalan. Tentunya semua harus didukung dengan kemauan yang sangat keras, demi objek utama pekerjaan ... yakni event itu sendiri.

Thank you for being so cooperative, dear colleagues at SS ...

Saturday, June 13, 2009

WE SELDOM THINK OF WHAT WE HAVE, BUT ALWAYS THINK OF WHAT WE MISS.

SEBUAH PEMIKIRAN MENYOROTI BISNIS PAMERAN, KONVENSI & LINGKUNGANNYA

(Bagian 2)

Nah, kalau semua pengusaha kita seperti ini, mau jadi apa bisnis MICE kita? Di sisi lain kita juga harus mengakui ketinggalan kita di bandingkan negara tetangga. Program “Visit Malaysia” dan “Uniquely Singapore” ditata dengan organisasi yang rapi, perencanaan yang seksama, anggaran yang didukung oleh berbagai sumber yang andal, campur tangan pemerintah sebagai fasilitator yang bisa diandalkan dlsb. Kalau tidak, apa sih untungnya jadi tuan rumah balapan Formula 1? Jadi tuan rumah F1 itu bayarnya mahal sekali kepada sang promotor/pemilik lomba. Singapore hanya mengkalkulasi keuntungan justeru bukan dari lombanya sendiri. Tetapi dari keuntungan materi dan non-material yang diperoleh negara, dan seluruh jaringan bisnis yang ada (restaurant, shopping entertainment, souvenirs, dll.)

Coba simak rencana kerja mereka berikut ini (ini padahal data tahun 2007-2008):

Future enhancements of Singapore’s MICE space and facilities 

Mega tourism projects such as the Integrated Resorts (IRs) for example, due to open in 2009 and 2010 respectively, will transform the business travel and MICE landscape in Singapore. 


Marina Bay Sands 
Slated to open in 2009, Marina Bay Sands will boost Singapore’s MICE capability with more than 100,000 square-metres of MICE space including 89,000 square-metres of exhibition and meeting room space, and a 9,200 square-metre column-free Grand Ballroom that can hold 8,000 people and which will be one of the largest in Asia. 
MICE facilities in Marina Bay, such as Marina Bay Sands and Suntec Singapore International Convention and Exhibition Centre, are collective enablers to help us realise our larger vision of transforming Marina Bay into an Integrated Convention & Exhibition cluster. 
With the Marina Bay Sands and other future MICE developments, we can look forward to a combined meeting space of 200,000 square-metres supported by an inventory of 10,000 hotel rooms and dynamic events, entertainment, retail and F&B offerings all within walking distance and set in the visually stunning Marina Bay. 

Resorts World at Sentosa 
Sentosa Island will host the second Integrated Resort, Resorts World at Sentosa, which will position Singapore as a fun and exciting family and incentive travel destination. 
Scheduled to open in 2010, Resorts World at Sentosa is developed by Resorts World at Sentosa Pte Ltd, a Joint Venture Company between Genting International and Star Cruises. 
Housed within Resorts World at Sentosa are Meetings and Incentive facilities with the ability to host approximately 12,000 delegates in three key venues: Le Vie Showroom/Plenary Hall (1,600 theatre-style seating), Ballroom (7,300 theatre-style seating) and 22 meeting rooms that can accommodate a total of 3,390 seats. 

For incentive travel groups, there are seven indoor incentive venues within Resorts World, such as Broadway Theatre, Movie Studios, Snoopy’s Stage and Waterworld Amphitheatre. There are also 10 outdoor incentive venues, which include The Showplace, The Bull Ring and FestiveWalk. 
(Source: BT MICE Fact Sheet)

Di Indonesia, masih sangat sedikit peminat investasi di bisnis ini, kecuali menjadi perusahaan penyelenggara (organizer). Jarang ada yang memperhatikan peluang bisnis lainnya di dalam sektor ini. Sebut saja misalnya venue owner (yang ini peminatnya timbul tenggelam), event risk & crowd management (di Indonesia rasanya belum ada, padahal sudah cukup banyak event di Indonesia yang menghasilkan korban kelalaian event risk & crowd management plan yang sembrono). Di sektor venue owner, sudah ada perusahaan penyelenggara yang mengarahkan bisnisnya ke konglomerasi industri. Ini cukup mengagumkan. Mereka memulai usahanya di sektor penyelenggara pameran, yang kemudian dengan didukung oleh pemilik modal yang besar, kemudian mampu mengambil alih perusahaan konstruksi bisnis pameran, mengelola gedung pameran & konvensi, melahirkan perusahaan media di bidang bisnis ini, dan kemudian melangkah untuk mendirikan sendiri gedung pameran dan konvensi. Tidak ada yang salah dari langkah ini. Ini adalah langkah berbisnis yang sesungguhnya. Tidak semua orang bisa, tetapi patut dijadikan benchmark.

Memasuki tahun 2009 – tahun pesta demokrasi Indonesia – kita boleh bertanya kepada diri kita sendiri sebenarnya. Apakah kita akan duduk berdiam diri menunggu? Atau proaktif berkreasi? Yang namanya kreasi tidak harus fenomenal, megah, heboh atau glamour. Ada sebuah perusahaan kecil di Jakarta yang didirikan oleh 3 orang professional dari ‘dunia lain’. Yang 1 seorang psikolog, yang 1 seorang dokter umum, yang 1 seorang dokter kehamilan. Beberapa teman mereka yang mengalami berbagai ‘ombak dan tsunami” di dalam kehidupan bahtera keluarga sering duduk mengobrol bersama. Akhirnya di medio tahun 2007 mereka mencoba membuat seminar sehari tentang harmonisasi berkeluarga. Topik yang diangkat kebanyakan sensitive. Seminar tidak pernah dipublikasikan secara umum. Publikasi (atau kalau mau disebut promosi) dilakukan dari mulut ke mulut, atau kepada orang-orang tertentu saja yang dikenal baik. Biaya seminar jutaan rupiah. Peserta seminar rata-rata 8-12 pasutri. Kalau tadinya cuma ‘jajal jajal’, sekarang sudah routine job mereka dan dikelola secara professional. Tahun 2008 kalau tidak salah mereka menyelenggarakan sekitar 9 seminar, dan untuk tahun 2009 sudah ada 4 yang confirm date. Apa yang unik di sini?

Orang-orang ini ternyata tidak bermimpi terlampau tinggi. Mereka hanya berfikir, bahwa banyak orang lain yang memerlukan bantuan dan tempat ‘curhat’ yang dipenuhi privacy, exclusivity, dan terjaga kerahasiaannya. Dan mereka memberikan apa yang dibutuhkan.

Contoh lain – seorang teman di Yogya menyelenggarakan pameran foto hitam putih khusus tentang erupsi gunung Merapi. Tempatnya? Sepanjang Malioboro, dari stasiun Tugu sampai Kantor Pos di sebelah Utara. Ingat pameran foto bertema pollutiography di Jakarta beberapa tahun yang lalu? Venue nya di semua busway shelter sepanjang Koridor 1? Ingat Jember Fashion Festival yang kini masuk international calendar of event? Belum lagi berbagai hallmark events di Indonesia yang belum dikembangkan sebagaimana mestinya.

Masih banyak contoh kreativitas sebenarnya. Sebagai pengamat, pemerhati dan penilik, saya bisa menikmati banyak hal di bisnis ini tanpa harus terlibat langsung di dalamnya. Kadang kala terlibat justeru di kegiatan yang sangat memerlukan kreativitas. Kegiatan apa? Menyusun konsep awal, menyiapkan ERFP (event request for proposal), TOR (term of reference), membantu penyusunan RKS dan KAK (Kerangka Acuan Kerja) pelelangan berbagai event sektor pemerintah maupun organisasi domestik dan internasional dlsb.

Di tahun 2010, saya mencatat cukup banyak international event yang akan diselenggarakan di Indonesia. Di sektor konvensi saja, lebih dari 10 international convention akan diselenggarakan di Indonesia. 3 di antaranya sudah menyusun ERFP sejak awal Januari kemarin. Peluang bisnis ini tidak kecil sebenarnya. Kejelian dan kecermatan diperlukan. Kalau bisa bahkan kreativitas dijadikan acuan kerja.

Beberapa waktu yang lalu, kalau tidak salah Jakarta pernah diungkapkan akan dijadikan convention city. Gagasan tersebut tidak salah. Tetapi kalau dilihat dari berbagai aspek, barangkali Jakarta masih harus mengakui Denpasar, Bali (khususnya kawasan Nusa Dua) yang sudah layak disebut sebagai convention destination. Untuk sektor pameran, setuju. Jakarta memang bisa dijadikan barometer perkembangan pelbagai sektor usaha, industri dan perniagaan, melihat berbagai pameran yang diselenggarakan, baik pameran dagang (B2B) maupun pameran ritel (B2C). Hanya saja, masih sangat sedikit perusahaan penyelenggara pameran yang memiliki inisiatif tinggi. Sepengamatan saya, tidak sampai 10 perusahaan yang mempunyai kepedulian terhadap kreativitas.

Sebagai penutup tulisan pemikiran ini, penulis ingin kembali mengingatkan tentang Event Risk & Crowd Management yang secara internasional dikampanyekan sejak tahun 1992-2007.

Di Indonesia kesadaran tentang hal ini masih sangat rendah. Terutama di penyelenggaraan entertainment event, sport event dan beberapa jenis event lainnya. Sikap masa bodo, kesembronoan dan ketidak patuhan pada SOP (standard operating procedure) yang menjadi penyebabnya. Tetapi meskipun korban sudah berjatuhan, belum ada langkah tegas dan jelas dari pihak manapun yang terkait – pemerintah pusat, pemerintah daerah, pihak yang berwajib, organisasi profesi, komunitas dlsb. Saya belum mendengar adanya peraturan yang bersanksi terhadap pengelolaannya. Bahkan pihak yang berwenang pun tidak menguasai dengan baik disiplin ini. Yang ada cuma beberapa individu/professional yang peduli dan kemudian menjalankannya dengan patuh dan ketaatan yang tinggi. Menyedihkan …

Tulisan ini sebetulnya sudah lama saya siapkan. Tetapi kemudian sering saya perbaiki untuk menjaga kemutakhirannya. Bagi siapa yang menerima dan membacanya, serta ingin mempergunakannya sebagai informasi acuan atau reference, dipersilahkan sepanjang menyebutkan sumber tulisan ini dengan sportif dan sesuai tata krama. Terima kasih  J.L.Nawan.2008-2009

SEBUAH PEMIKIRAN MENYOROTI BISNIS PAMERAN, KONVENSI & LINGKUNGANNYA

(Bagian 1)

Penulis yang kebetulan juga mengajar event management, seringkali menerima pertanyaan yang menggelikan, “Pak saya ada sekian ratus juta rupiah. Saya bisa mulai bikin EO dong ya? Kira2 berapa lama ya modal saya balik?” atau “Pak, berapa sih modal bikin EO dan kapan baliknya?”


Lalu, ada pula perusahaan penyelenggara acara (event organizer, dikenal dengan singkatan EO), ada yang bertanya, “Pak, mendingan bikin EO kan ya? Kalau saya bikin PEO atau PCO kalau harus modal besar, sudah gitu baliknya kan lama ya?” Bahkan ada sebuah PEO yang pernah mengutarakan pendapatnya, “Bikin PEO itu bukan main lho. Modal besar, tenaga kerja banyak. Sudah gitu harus mikir kapan investasi kembali.”

Akhirnya saya terpaksa berasumsi bahwa kebanyakan orang di negara kita ini masih menganggap bisnis penyelenggaraan acara itu bisnis pengembalian investasi. Dan masih banyak orang beranggapan bikin perusahaan sejenis ini yang paling utama adalah modal uang. Mereka lupa ada sekitar 11 (sebelas) modal utama mendirikan perusahaan penyelenggaran acara (event organizer) :

Motivation & Commitment – banyak pendiri EO yang tidak memiliki aspek ini. Mereka mendirikan usahanya hanya karena permintaan, saran, anjuran teman, kebetulan ada pesanan, ikut2an dlsb. Lalu dalam perjalanan bisnisnya, usaha ini cuma jadi sampingan (mirip profesi tukang sayur yang kalau lagi panen menghilang dari peredaran karena pulang kampung). Komitmen menjalankan profesi masih banyak yang terlihat rapuh. Ini sangat terlihat ketika kita mengalami krisis di tahun 1998-2000. Perusahaan yang tidak diawali dengan motivasi yang kuat dan komitmen yang tinggi, perlahan-lahan mengalihkan bisnisnya. Bahkan dalam 2-3 tahun terakhir ini juga ada perusahaan yang beralih ke dunia rumah makan (restaurant).

Database – banyak EO yang cuma mengandalkan kenalan yang ada. Baru punya banyak teman sekantor, seorganisasi, selembaga dst. langsung mulai berbisnis. Lalu ketika memerlukan berbagai sumber daya, maka kalang kabut mencari atau akhirnya mengalihkan pekerjaan kepada pihak ketiga di bawah naungan nama usahanya (sub-order, outsourcing)

Network – aspek yang ini sangat terkait dengan aspek database tadi. Dengan keterbatasan database yang dimilikinya, maka sudah dapat dipastikan jaringan nya pun sangat terbatas.

Financial capability & back up – ini yang selalu diingat, tetapi mau cepat dapat untung, mau cepat investasi kembali, mau cepat jadi ‘konglomerat’, mau cepat punya perusahaan besar. Mereka lalai bahwa investasi tidak selalu berupa dana segar. Dan, kebiasaan menjadikan financial capability selalu sebagai satu-satunya modal utama. Meskipun harus diakui bahwa tanpa aspek ini, yang ada cuma kesulitan, karena di bisnis penyelenggaraan event praktis semuanya pre-financing. Perlu diingat bahwa di negara kita bisnis sektor ini belum terlalu memperoleh kepercayaan pihak perbankan, sehingga praktis semuanya harus dari ‘kocek pribadi atau kelompok’. Kemauan saja tidak cukup, harus ada kemampuan yang memenuhi syarat minimum.

Creativity, concept skill – tanpa kemampuan aspek ini, kebanyakan akhirnya hanya meniru event orang lain, menunggu dapat pesanan, mengejar order event yang itu-itu juga (tetapi mengaku sebagai spesialis), dan akhirnya menjadi EO ‘generik’ (istilah ini saya dapatkan di forum/komunitas orang2 marketing yang sering menggunakan jasa EO/PEO/PCO dan sejenisnya). Harus saya akui penyelenggaraan pesta olahraga pantai Asia yang pertama di Bali baru-baru ini adalah sebuah kreativitas yang patut dihargai. Kemampuan kreativitas memang penuh tantangan. Di dunia ini akan sangat sulit menemukan genuineness & originality ideas, kecuali inovasi dan penemuan. Di bisnis event, istilah ‘inspired by’, ‘initiated by’, ‘collaboration’, ‘combine event’ dan sejenisnya masih termasuk wajar. Tetapi sebuah tim kreatif di perusahaan penyelenggara acara, akan sangat mampu menghasilkan berbagai macam event yang bermutu.

Human resource – ini adalah salah satu investasi penting. Tanpa sumber daya manusia yang memenuhi syarat, sulitlah kiranya harapan perusahaan tersebut bisa dicapai. Faktor EEP (effectiveness, efficiency & productivity) tidak akan bisa diraih oleh sumber daya manusia yang ‘salah tempat’ atau ‘salah orang’. 

Individual skill – ketrampilan setiap individu yang terlibat sangat menentukan arah tujuan perusahaan, tanpa aspek ini besar sekali kemungkinan perusahaan tidak akan pernah meraih keberhasilan apapun. Ada yang penulis syukuri selama beberapa tahun terakhir ini. Beberapa perguruan tinggi sudah menempatkan ilmu event management (menurut versinya masing-masing) di dalam kehidupan pendidikan dan kurikulum. Sebut saja, FISIP-UI, Politeknik UI, UNJ dll. – sebuah langkah besar yang mengagumkan. Menggunakan prinsip Indonesia – kalau pun masih di bawah standar, paling tidak sudah ada yang memulainya (prinsip “masih untung”).

Technology – jaman sekarang istilah ‘gaptek’ seringkali melekat pada beberapa perusahaan. Sementara kegiatan pemasaran global sudah dilakukan online, banyak pihak masih berkutat di pengadaan sarana dan prasarana teknologi ini. Jadi, jangankan online, untuk mempunyai peralatan online pun masih sulit. Kalaupun alatnya sudah ada, infrastruktur teknologi informasi di negara kita sendiri masih tergagap-gagap. Kalaupun ada dan bermutu, biayanya tidak kecil lagi. Orang-orang seperti saya, hidup dari SOHO (small office home office), dari teknologi informasi, mulai dari membangun network lewat berbagai media (mailist, newsgroup), mengembangkan database, berkomunikasi global, membuat desain, membangun brand awareness, melakukan jajak pendapat (poll), memperoleh klien (saya kebetulan punya klien di salah satu negara ASEAN selama 2 tahun yang belum pernah bertemu fisik, tetapi bisnis jalan terus), dlsb. Meskipun demikian banyak eksekutif perusahaan penyelenggara acara di bisnis ini yang mempergunakan gadget yang ‘luar biasa’, mutakhir, mahal, eksklusif, fenomenal … tetapi tidak semua fiturnya dipakai atau dimanfaatkan … ada karena untuk gengsi saja (korban mode).

Personality – bisnis ini sangat tergantung pada kepercayaan (selling event is offering a commitment, is not a product yet). Karena event belum diselenggarakan, jadi pada saat menawarkannya kepada orang lain, azas kepercayaan menjadi andalan utama. Tanpa kepribadian yang unggul, didukung oleh service excellence, maka event tersebut tidak akan menarik minat siapapun.

Initiative – istilah yang sering saya pergunakan adalah ‘jemput bola’. Jangan ‘menunggu bola’. Kalau kita terus menerus hanya menunggu, mengharapkan datangnya order, mengharapkan adanya pelelangan penyelenggaraan acara, berdiam diri menunggu adanya international event yang dijadualkan di Indonesia, dlsb. Kita tidak akan pernah maju. Di sinilah kreativitas diperlukan, dan ditambah dengan …

Sharp & Accurate – jeli, cermat terhadap setiap perkembangan yang ada. Setiap kejadian, setiap kegiatan dunia, setiap profesi, setiap bagian dari kehidupan bisa dijadikan event apapun. Tinggal bagaimana mengemasnya, menentukan khalayak sasaran (target audience) dan men’jual’nya. Anehnya di Indonesia ini, kita seringkali ketinggalan oleh negara lain justeru dalam hal yang sederhana. Contoh: pada tahun 2007, Malaysia menyelenggarakan “Bulan Pesta Air, Festival Air Nasional 2007” selama sebulan penuh dengan 36 agenda mata acara, di Pantai Puteri Melaka. Pada waktu yang hampir bersamaan di Jakarta ada “Gebyar Wisata Nusantara 2007” termasuk wisata bahari yang diselenggarakan di Semanggi Expo (jauh dari pantai) dengan kurang dari 10 mata acara. Padahal secara geografis, pantai Indonesia jauh lebih panjang daripada pantai Malaysia Barat + Timur. Ironi ………

Kenapa event? EO itu kan perusahaan kecil, kalau besar kan jadi PEO atau PCO? Ini juga pendapat dan pandangan yang sangat sempit. Di Indonesia, memang yang populer cuma PEO di sektor pameran, PCO di sektor konvensi dan EO dianggap sebagai perusahaan ‘tanggung’ yang tidak punya ‘status’. Kata orang, mendingan WO/WP (wedding organizer/wedding planner). Padahal ada sport event organizer, entertainment event organizer, corporate event organizer, dlsb.

Kalau disimak dalam bahasa Inggris, exhibition maupun convention dan conference atau segalanya, semuanya termasuk dalam event. Organisasi internasional yang selalu dinaikkan ke permukaan di Indonesia selama bertahun-tahun hanyalah 2 di antara sekian banyak organisasi yang ada – hanya UFI (Union des Foires Internationale) dan ICCA (International Congress and Convention Association). Padahal ada ISES (International Special Events Society – yang menerbitkan lisensi CSEP, Certified Special Events Professional), Convention Industry Council, IAEE (International Association of Exhibitions and Events), IFEA (International Festivals and Events Association), IMIA (International Meeting Industry Association), MPI (Meeting Professionals International), IAPCO (International Association of Professional Congress Organizers) dlsb.

Di profil ISES beberapa tahun yang lalu ada teks : “ …The International Special Events Society is comprised of over 4,000 professionals in over 35 countries representing special event producers (from festivals to trade shows), caterers, decorators, florists, destination management companies, rental companies, special effects experts, tent suppliers, audio-visual technicians, party and convention coordinators, balloon artists, educators, journalists, hotel sales managers, specialty entertainers, convention center managers, event risk managers, and many more ...” Jadi pameran (apapun jenisnya), konvensi (apapun namanya) dll. masih termasuk di dalam event … atau special events.

Saya pernah ditanya oleh serorang peserta pelatihan di salah satu kota besar pulau Sumatera, “Pak, saya ada dana segar 1 milyar. Bikin pameran apa enaknya ya pak? Saya mau kok langsung jadi spesialis pameran, ikut organisasi dll.” Saya balik bertanya kepadanya, “Dalam setahun kira-kira berapa pameran yang pernah anda kunjungi?” “Wah jarang pak, saya tidak ada waktu” “Saran saya, sebaiknya anda rajin ke pameran dulu, lalu coba simak apa motivasi pesertanya dan apa tujuan pengunjungnya, produk atau jasa apa yang paling banyak diminati, lalu hitung secara kasar dana yang diperlukan untuk investasi pameran. Kalau anda sudah punya gambaran baru perhitungkan, 1 milyar tadi bisa buat apa saja dan bisa bertahan berapa lama. Mohon diingat anda belum dikenal oleh siapapun.” ---- (BERSAMBUNG)

RISK MANAGEMENT dalam dunia PENYELENGGARAAN EVENT

Peristiwa jatuhnya korban jiwa di penghujung akhir pagelaran UNGU baru-baru ini, turut melengkapi korban-korban lainnya sepanjang tahun 2006. Konser SHEILA ON 7 dan GIGI sebelumnya juga mencatat jatuhnya korban.

Adri Subono, pimpinan Java Musikindo yang sudah teramat sering menggelar berbagai konser musik dari dalam maupun luar negeri, memberikan beberapa tips melalui wawancaranya di layar kaca. A.l. yang digaris bawahinya adalah kesiapan penyelenggara (organizer), survey lapangan (venue survey), pembatasan jumlah tanda masuk yang dijual (berkisar 80-90% dari kapasitas muat lokasi acara), hak musisi untuk mengetahui situasi dan kondisi venue yang akan dipergunakan, kerja sama dengan rumah sakit rujukan dll. Topik ini menjadi kian hangat ketika MetroTV dalam acara Kick Andy menampilkan Ungu, Duta dari Sheila on 7, Ahmad Dhani dari Dewa, Adri Subono dan para pemerhati lainnya.

Sebetulnya ada sebuah pengetahuan manajerial yang seyogianya dikuasai dengan baik oleh para penyelenggara (organizer) acara apapun. Tidak hanya bagi organizer konser musik, tetapi juga organizer pameran (PEO), konvensi (PCO), resepsi pernikahan (WO), olahraga, dlsb. Pengetahuan manajerial ini dikenal secara luas dengan nama RISK MANAGEMENT, yang sebetulnya berakar dari ilmu manajemen kesiapan menghadapi berbagai resiko. Tetapi secara spesifik di dunia penyelenggaraan acara (event), risk management memiliki spesifikasi yang sangat terarah. Bahkan tidak hanya organizer yang harus menguasainya, tetapi juga management tiap musisi (band, penyanyi, dlsb.) maupun performer lainnya.

Dr. Peter Tarlow, penulis Event Risk Management and Safety (Wiley, 2002), seorang sociologist yang juga adalah seorang pakar event risk management dan pariwisata, menulis “Whenever we bring people together, there is an element of risk. All event carry two risks, (1) the risk of a negative occurrence both on site and off site, and (2) the negative publicity that comes from this negative occurrence.”

Untuk mengidentifikasi berbagai kemungkinan yang bisa terjadi, sebaiknya dilakukan proses risk assessment melalui sebuah pertemuan tertutup di antara semua pihak terkait. Tentunya pihak2 yang dimaksud adalah mereka yang benar2 berkepentingan dan terkait langsung dengan berbagai aspek penyelenggaraan sebuah event.

Kemudian, sebuah daftar prakiraan resiko juga perlu dibuat, termasuk bagaimana mengantisipasinya dan siapa saja yang bertanggung jawab atau terkait dengan resiko tersebut, maupun pihak2 yang perlu mengetahui kemungkinan terjadinya resiko tersebut.

Sebaiknya organizer tidak hanya mengandalkan pihak ketiga (outsource party) saja, tetapi juga perlu mempelajari beberapa hal yang mendasar. Mis. mereka juga harus mengerti bagaimana menggunakan alat pemadam kebakaran, barangkali ada yang pernah belajar CPR (cardiopulmonary resuscitation), ada yang tahu menghadapi massa yang berjumlah besar, ada yang bisa bela diri, ada yang tahu menghadapi pencuri ‘intelek’ (maling yang tidak tampak seperti maling) dlsb.

Itulah sebabnya penulis seringkali menyarankan agar sebuah organizer juga sering melatih stafnya melalui berbagai kegiatan luar ruang, seperti outing, P3K dll. Dengan demikian, organizer tersebut tidak sama sekali ‘buta’ menghadapi berbagai kemungkinan resiko. Tentunya ketrampilan tambahan ini juga disesuaikan dengan jenis organizer ybs. Disamping itu, organizer yang ‘bijak’ tentunya selalu siap dengan plan B maupun plan C apabila plan A mengalami hambatan.

Pemanfaatan asuransi (kecelakaan, jiwa, property, moveable all-risk protection termasuk FLEXAS, RMSD 4.1A, CCTS, EQ/VE, FWTWD) perlu memperoleh perhatian. Penulis masih mengalami ketika pihak asuransi kecelakaan, jiwa dan property enggan melayani permintaan beberapa PEO (Professional Exhibition Organizer) di dekade 80an. Karena kegiatan pameran dianggap sebagai kegiatan yang sama sekali tidak mapan dan belum layak memperoleh pelayanan asuransi.

Event Risk Management kini menjadi semakin penting, tidak hanya karena terjadinya beberapa musibah di acara konser musik. Tetapi ada beberapa aspek lainnya yang juga menjadi penting, mis. theft prevention, cash handling, copyright dan terrorism maupun biochemical risk.

Bahkan untuk aspek terorisme, tampaknya kalangan pelaku penyelenggaraan event hanya mengandalkan pada apa yang selama ini dilakukan secara umum (generik) oleh berbagai kalangan (kepolisian, satuan pengaman, perkantoran, pusat perbelanjaan dll.). Tampaknya belum cukup pendalaman tentang aspek ini di kalangan pelaku penyelenggaraan event.

Seminar setengah hari “Mengenal Terorisme di Indonesia” pada bulan Oktober 2006 y.l. pun tidak memasukkan masalah event risk management aspek terrorism ke dalam materi pembahasan. Pernah ada pameran otomotif di Balai Sidang Jakarta (JCC) yang di demo oleh kalangan anti kemewahan … tetapi kejadian tsb. belum mampu mengangkat masalah event risk management secara terarah.

Resiko tidak hanya bersifat negatif. Ada juga resiko yang mengandung unsur positif meskipun kalau tidak ditangani dengan baik menjadi negatif. Termasuk mem’bludak’nya penonton (konser musik), peminat (ini sangat terasa di tahap pendaftaran Indonesian Idol), pengunjung (dialami oleh penyelenggara Gaikindo Auto Expo, Inacraft, pameran bursa kerja – ingat peristiwa sejenis ini di Hotel Kartika Chandra Jakarta beberapa tahun lalu?) dll.

Di Indonesia belum banyak lembaga pendidikan yang mengajarkan Event Management memasukkan pengetahuan Event Risk Management di dalam silabusnya.

Tampaknya pengetahuan ini perlu disosialisasikan secara meluas, agar kalangan event organizer lebih mempersiapkan diri secara baik. Di sisi lain, sebagaimana dikatakan oleh Adri Subono, musisi pun (termasuk performer apapun) berhak mengetahui situasi dan kondisi venue yang akan dipergunakan (dalam hal ini management nya). Jangan sampai performer “terjebak” hanya karena besar honorarium yang diterima, tetapi mengandung resiko penyelenggaraan yang tidak ringan.

Event Risk Management menjadi concern berbagai pihak. Mulai dari event organizer (termasuk PEO dan PCO maupun WO), venue management, performer management, pihak berwenang yang memberikan ijin penyelenggaraan, pihak2 pendukung keselamatan dan medis, asuransi, keamanan, temporary staff provider (karena tenaga kerja yang mereka pasok juga perlu diselamatkan), dan lain sebagainya.

EO – termasuk PEO, PCO, WO dan sejenisnya – sebaiknya juga tidak “terjebak” dalam pemikiran yang hanya berorientasi pada financial profit saja. Profit kan tidak hanya berorientasi pada masalah uang. Image, credibility, network, database upgrade, endorsement, termasuk dalam profit.

Karena sebagaimana yang sering penulis utarakan di berbagai forum, target utama bagi event organizer adalah ‘zero complaint’ – dari siapapun complaint itu datangnya  [J.L.Nawan 2007]

WHAT HAPPENS, HAPPENS FOR A REASON.
WORRY IS LIKE A ROCKING CHAIR. IT GIVES YOU SOMETHING TO DO, BUT DOESN'T GET YOU ANYWHERE.

AT LEAST ...

After so many years ...... 

Friends, relatives, students and ex students always suggest me to write down all my knowledge, specially in the Event Management field, in a book format. I always say 'No' with an alibi that I'm lazy to write it down !

I told them ... you write it down, and I will tell you what to write. Ooopss ... that's not what I was in my younger age. I like to write, that's why I was a free-lance journalist for many years. 

But now, I feel very sorry for myself. I told myself, that I can't 'bring back' what ever I had, when the time comes. So, I feel, that this is the right time to start writing and sharing my knowledge, my experience and my feelings to whoever can use it for their future.

I need more times to write it down. I need a lot of support and assistance to record it properly. She, who was my greatest supporter is not here anymore. I wish to share every single detail with her.

Alright ... let's start it .........