Sunday, January 17, 2010

Happy Birthday ...

happy birthday Yuta ... today is your 9th birthday. I wish that your forthcoming days will be filled with happiness and the realization of your dreams. We always love you ... (a kiss from your mum in heaven and from me, your dad,  who always stand next to you everyday)

Friday, January 15, 2010

ROTASI KEHIDUPAN

Adanya pergantian dalam kehidupan ini merupakan harga yang tidak bisa kita tawar. Ada kehidupan tentunya ada kematian, terangnya siang akan diganti dengan gelapnya malam, ada kalanya kita berada pada posisi yang kita kehendaki tapi adakalanya juga kita harus siap berada pada kondisi yang tidak kita harapkan.

Hal tersebut merupakan wewenang dan hak prerogatif Allah SWT sebagai pengatur jalannya roda kehidupan manusia di muka bumi ini karena tidak seorang pun yang bisa menafikan itu semua. Sebagaimana disinggung dalam firman-Nya, ''Engkau (Allah) masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukan siang ke dalam malam. Dan Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup ...'' (QS Ali-Imran [3]: 27).

Lebih lanjut Allah SWT menyatakan, ''Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran) dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) [Ali-Imran 3:140]. Ayat tersebut mengisyaratkan kita harus cerdas dalam menilai setiap pergantian yang pada hakikatnya sudah ada dalam skenario-Nya.

Masih banyak manusia yang tidak menyadari arti dari sebuah pergantian dalam hidup. Seringkali kita berontak ketika pergantian tersebut tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Padahal, ibroh (pelajaran) di balik itu semua adalah sebagai ujian bagi kita sudah sampai sejauhmana keimanan kita terhadap Allah seperti disinggung pada ayat di atas. ''Apakah manusia mengira mereka akan dibiarkan hanya dengan 
mengatakan ''kami telah beriman'', sedangkan mereka tidak diuji?'' (Al-Ankabut 29:2).

Ujian tersebut tidak hanya diberikan untuk sebagian orang atau sekelompok kalangan, tapi mencakup semua manusia dan umat Islam khususnya. ''Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.'' (QS Al-Ankabut [29]: 3)

Tak ada yang kekal di dunia ini, selain perubahan itu sendiri. Maka, tawakal dan ikhlas adalah hal utama yang harus dipegang setiap individu. Bertawakal, lalu mengerjakan segala urusan dengan sungguh-sungguh, dan ikhlas terhadap apa yang akan datang dan pergi. Karena dunia hanya tempat 'mampir' semata.

(dari: Buletin Dakwah #277)

TRUST ...

To trust someone means you trust them with your life
To trust someone is based on your clarity of judgement
To trust is to believe that the person has you 100%
To trust
To trust
Who could you trust in your greatest moment in need?
Who will be worthy of having your trust?
Will you be able to confide your trust among certain people?

*Advice - Put your trust in a person who isn't a backstaber, liar, thief, gossiper, negative influence, pressured person. Think before you act 


Antwan Graham 

BEREBUT KEDUDUKAN ...

Saling berlomba untuk memperebutkan kedudukan atau jabatan kini makin marak di mana-mana. ''Penyakit'' tersebut menimpa semua golongan dan lapisan. Tokoh agama melawan tokoh agama, politisi melawan politisi, pedagang melawan pedagang, dan sebagainya. Padahal karunia Tuhan begitu banyaknya, sehingga takkan habis kalau ''diperebutkan' ' secara adil. Allah berfirman: Andaikata kamu hitung kenikmatan Allah, sungguh kamu takkan mampu melakukannya ( Q.S. 14: 34).

Perihal kedudukan ini, barangkali ada baiknya bila kita menyimak kembali dialog antara 
Khalifah Harun al-Rasyid dengan seorang penasihatnya. Suatu ketika, Khalifah Harun al-Rasyid yang dikenal dekat dengan para ulama, mengunjungi salah seorang penasihatnya.

''Tuan guru,'' kata Khalifah, ''sudah banyak ulama lain memberi peringatan, dan tak sedikit pula yang menyampaikan kabar gembira. Tapi sepatah pun belum pernah saya dengar dari Tuan. Hati saya belum puas rasanya.''
Ulama yang arif itu terdiam, sesudah berpikir sejenak lalu menjawab, ''Bolehkah saya minta air putih dulu? Secawan untuk saya dan secawan untuk Tuan Khalifah.''

Permintaan itu membuat Harun Al Rasyid keheranan. Namun segera ia perintahkan pelayan menyediakan dua cawan air putih. Sesudah tersedia di meja, sang ulama yang bersahaja itu menyuruh Al Rasjid menghirupnya. Tapi, tiba-tiba, sebelum cawan tadi menyentuh bibir Khalifah, penasihatnya mencegah dan bertanya, ''
Maaf Amirul Mukminin. Tahan sebentar, jawab dulu pertanyaan saya. Andaikata di suatu padang pasir yang gersang, matahari seolah bertengger di ubun kepala, sedangkan Tuan tidak mempunyai persediaan air, sehingga tak berapa lama lagi bakal mati sengsara, apa yang Tuan lakukan apabila tahu-tahu ada seorang musafir menawarkan air dengan syarat harus Tuan bayar berupa singgasana dan kekayaan Tuan?''

Tanpa berpikir panjang Harun Al Rasyid menjawab, ''Dalam keadaan seperti itu, separuh kerajaan pun akan saya serahkan.''

Guru itu tersenyum. ''Nah, minumlah air yang di cawan itu sampai habis.'' Al Rasyid menurut. Kemudian sang Guru melanjutkan, ''Air di cawan tersebut sudah masuk ke dalam perut Tuan. Sesudah itu Tuan mendapat kesulitan besar, karena tidak bisa buang air kecil sampai berhari-hari. Seandainya dalam kesakitan itu ada yang mampu mengobati dengan syarat Tuan harus menyerahkan separuh kerajaan yang tersisa, apakah Tuan bersedia?''

Kembali tanpa ragu-ragu Al Rasyid menjawab, ''Biarlah saya menjadi rakyat biasa tanpa kekuasaan asalkan sehat walafiat.'' Sang ulama pun tersenyum. ''Karena itu saya heran, mengapa orang-orang alim saling menjegal dan memfitnah hanya untuk menduduki kursi pemimpin. Apakah jabatan lebih penting dari kehidupan?'' - ahi

(Dari: Berebut Kedudukan oleh K.H. Abdurrahman Arroisi  -  Buletin Dakwah #339)

Wednesday, January 13, 2010

Tongkrongan Global, Paradigma Lokal

Lagi-lagi kita terpaksa menyalahkan pendidikan. Melalui media yang kian terbuka dan terjangkau, warga bangsa menerima berbagai informasi tentang peradaban baru. Padahal, belum semua warga bangsa mampu menilai sampai di mana kita sebagai bangsa berada. Kita tidak mungkin bisa dalam semalam berubah dari bangsa yang tunduk di bawah kekuasaan menjadi bangsa yang demokrat. Diperlukan waktu agar proses demokratisasi - terakselerasi atau tidak - berjalan secara sempurna. Kita tidak mungkin menjadi bangsa yang terdesentralisasi dalam waktu seminggu, setelah sekian lama hidup dalam struktur sentral.
(Bondan Winarno - Indonesia Abad XXI p. 459)
The mechanics of running a business are really not very complicated when you get down to essentials. You have to make some stuff and sell it to somebody for more than it cost you. That's about all there is to it, except for a few million details. (John L. McCaffrey)
An honest executive is one who shares the credit with the man who did all the work.

MENJADI PRIBADI YANG TANGGUH

Baik buruknya kehidupan kita ternyata sangat ditentukan oleh pikiran. Kendalikan pikiran ke arah positif, maka kita tidak menjadi sosok emosional melainkan faktual. Hidup kita akan bahagia, percaya diri, optimis, dan penuh gairah. Pikiran merupakan kekuatan paling menakjubkan yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia. Dengan kekuatan  pikiran, manusia melahirkan ilmu-ilmu pengetahuan, membangun harapan-harapan baru, dan membuat mimpi-mimpi menjadi kenyataan. Bahkan, dengan kekuatan pikiran, kualitas hidup seseorang bisa ditentukan.

Hampir semua sistem kehidupan kita, gerak tubuh, suasana hati, bahkan hidup kita, dikontrol oleh pikiran. Demikian pula
halnya dengan perasaan kita, dengan informasi yang terkumpul di otak, pikiran memberikan perintah-perintah khusus kepada "hati" untuk menentukan suasana yang diinginkan. Pikiran kita akan mengolahnya dan menghasilkan instruksi, umpamanya, instruksi agar kita menyesal atau sedih karena habis bertengkar.

Bila pengaruh pikiran sangat kuat terhadap perasaan kita, berarti kita orang faktual, orang yang selalu bertindak atau  bersikap berdasarkan fakta. Tetapi bila pengaruh pikiran sangat lemah terhadap perasaan kita, maka kita termasuk orang sensitif.

Orang faktual biasanya lebih mampu mengendalikan perasaan. Soalnya, pikirannya mampu mengolah fakta-fakta yang terekam di otak secara lebih mendetil sebelum dimasukkan ke "hati". Sebaliknya, orang sensitif akan cenderung emosional, karena biasanya pada saat merespons realitas yang tengah dihadapi, pikirannya tidak mengolah kembali fakta-fakta yang terekam di otak, akan tetapi langsung memasukkannya ke dalam "hati" apa adanya. Ia mengolah informasi dengan perasaannya.

Proses itulah yang menyebabkan orang faktual cenderung tenang, penuh perhitungan, dan mampu mengendalikan diri. Sebaliknya, orang sensitif cenderung cepat gelisah, tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan, tidak sabar, dan sukar mengendalikan diri.

Dengan pengoptimalan pikiran, kita dapat mengendalikan perasaan dan juga kehidupan ke arah yang kita inginkan. Dengan pikiran kita dapat mengubah perasaan sedih menjadi perasaan senang, takut menjadi berani, minder menjadi percaya diri, pesimis menjadi optimis, atau bosan menjadi penuh gairah. Maka tidak salah bila seorang filsuf, 
Marcus Aurelius, memiliki pandangan bahwa "Hidup kita ditentukan oleh pikiran".

Kalau berpikir tentang hal-hal menyenangkan, maka kita akan menjadi senang. Jika memikirkan hal-hal menyedihkan, kita akan sedih. Stanley R. Welty, Presiden Wooster Brush Company, berpendapat, "Pada saat keluar rumah di pagi hari, kita sendirilah yang menentukan apakah hari itu akan jadi baik atau buruk, karena tergantung bagaimana kita menjalankan pikiran kita. Dapat tidaknya kita menikmati hari itu sangat tergantung pada cara kita berpikir."

Kalau merasa kantung kita menipis, lalu mengeluh seakan-akan kita orang paling sial, bisa jadi hari itu menjadi hari paling membosankan. Tapi bila kita bangun pagi, memandang keluar jendela dan melihat bagaimana burung-burung bersiul menyambut pagi sambil merasakan kesejukan embun, mungkin kita akan mendapati hari itu sebagai hari baik. Bagaimana pun cuaca hari itu, bagaimana pun beratnya masalah yang dipikul hari itu, pikiranlah yang menentukan  kehidupan kita. Yang kita pikirkan ketika itu, itulah hidup kita.

Bila dalam kesedihan kita mencoba tersenyum, sebenarnya kita tengah mencoba melepaskan diri dari perasaan sedih itu. Saat itu kita tengah menetralkan perasaan negatif di dalam diri. Hal ini sangat baik dan bisa membantu agar kita tidak terlalu larut dalam duka.

Memang, ada banyak hal yang menyakitkan, yang membuat kita cemas atau kesal. Namun jangan larutkan diri di dalamnya. Jangan biarkan masalah apa pun membuat kita patah semangat. Berpikirlah pada hal-hal positif yang bisa dilakukan. Dengan begitu kita akan menjadi orang tangguh yang tak mudah jatuh. Pikiran kita menjadi terbiasa untuk selalu positif, dan kita akan lebih mudah mencapai cita-cita. Dan yang lebih penting, hidup kita akan menjadi lebih menyenangkan.  (The Acesia #46)

Monday, January 11, 2010

ANTARA RIDHA DAN PASRAH

Ridha berasal dari kata radhiya-yardha yang berarti menerima suatu perkara dengan lapang dada tanpa merasa kecewa ataupun tertekan. Sedangkan menurut istilah, ridha berkaitan dengan perkara keimanan yang terbagi menjadi dua macam. Yaitu, ridha Allah kepada hamba-Nya dan ridha hamba kepada Allah (Al-Mausu'ah Al-Islamiyyah Al-'Ammah: 698). Ini sebagaimana diisyaratkan Allah dalam firman-Nya, ''Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya.'' (QS 98: 8).

Ridha Allah kepada hamba-Nya adalah berupa tambahan kenikmatan, pahala, dan ditinggikan derajat kemuliaannya. Sedangkan ridha seorang hamba kepada Allah mempunyai arti menerima dengan sepenuh hati aturan dan ketetapan Allah. Menerima aturan Allah ialah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Adapun menerima ketetapannya adalah dengan cara bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan bersabar ketika ditimpa musibah.

Dari definisi ridha tersebut terkandung isyarat bahwa ridha bukan berarti menerima begitu saja segala hal yang menimpa kita tanpa ada usaha sedikit pun untuk mengubahnya. Ridha tidak sama dengan pasrah. Ketika sesuatu yang tidak diinginkan datang menimpa, kita dituntut untuk ridha. Dalam artian kita meyakini bahwa apa yang telah menimpa
kita itu adalah takdir yang telah Allah tetapkan, namun kita tetap dituntut untuk berusaha. Allah berfirman, ''Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.'' (QS 13: 11).

Hal ini berarti ridha menuntut adanya usaha aktif. Berbeda dengan sikap pasrah yang menerima kenyataan begitu saja tanpa ada usaha untuk mengubahnya. Walaupun di dalam ridha terdapat makna yang hampir sama dengan pasrah yaitu menerima dengan lapang dada suatu perkara, namun di sana dituntut adanya usaha untuk mencapai suatu target yang diinginkan atau mengubah kondisi yang ada sekiranya itu perkara yang pahit. Karena ridha terhadap aturan Allah seperti perintah mengeluarkan zakat, misalnya, bukan berarti hanya mengakui itu adalah aturan Allah melainkan disertai dengan usaha untuk menunaikannya.

Begitu juga ridha terhadap takdir Allah yang buruk seperti sakit adalah dengan berusaha mencari takdir Allah yang lain, yaitu berobat. Seperti yang dilakukan Khalifah Umar bin Khathab ketika ia lari mencari tempat berteduh dari hujan deras yang turun ketika itu. Ia ditanya, ''Mengapa engkau lari dari takdir Allah, wahai Umar?'' Umar menjawab, ''Saya lari dari takdir Allah yang satu ke takdir Allah yang lain.''

Dengan demikian, tampaklah perbedaan antara makna ridha dan pasrah, yang kebanyakan orang belum mengetahuinya. Dan itu bisa mengakibatkan salah persepsi maupun aplikasi terhadap makna ayat- ayat yang memerintahkan untuk bersikap ridha terhadap segala yang Allah tetapkan. Dengan kata lain pasrah akan melahirkan sikap fatalisme. Sedangkan ridha justru mengajak orang untuk optimistis. Wallahu a'lam.

(dari Buletin Dakwah #131)

DATES .........

1-Feb-2010 (01022010); 10-Oct-2010 (101010 / 10102010), 20-Oct-2010 (20102010)

MAKNA PERSAHABATAN

Pertumbuhan jiwa manusia, selain karena bakat-bakat alam yang dibawa sejak lahir, sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, termasuk lingkungan pergaulan dan persahabatan. Demikian pendapat penganut madzhab konvergensi atau interaksionisme yang merupakan sintesis dari madzhab nativistik dan environmentalistik.

Di kalangan 
umat Islam, terutama kaum sufi dan orang-orang yang menaruh perhatian dan concern terhadap pendidikan moral umat, pengaruh positif-negatif dari pergaulan dan persahabatan itu sudah cukup lama menjadi perbincangan. Tak heran bila diskursus atau wacana tentang persahabatan itu (shuhbah) selalu mewarnai karya-karya mereka. Suhrawardi, lewat bukunya 'Awarif al-Ma'arif, menyebut persahabatan itu sebagai kecenderungan fitri manusia dan merupakan salah satu dari sekian banyak nikmat dan anugerah Allah SWT (Q.S. 3:103).

Persahabatan, kata Suhrawardi, dapat diibaratkan seperti pintu yang akan mengantar manusia menuju sorga atau neraka. Mengapa? Jawabannya, seperti diutarakan Ibn Abbas, karena persahabatan dapat menimbulkan kebaikan dan keburukan sekaligus. ''Tak ada yang dapat merusak manusia selain manusia itu sendiri,'' demikian Ibn Abbas. Agar persaudaraan dan persahabatan itu melahirkan kebaikan-kebaikan, duniawi maupun ukhrawi, maka dalam persaudaraan itu harus ditegakkan nilai-nilai atau sifat-sifat yang terpuji. Di antaranya adalah sifat saling tolong menolong dalam kebaikan (Q.S. Al-Maidah, 2), saling berpesan dalam kebenaran (Q.S. Al-Balad, 17), dan saling kasih mengasihi di antara mereka (Q.S. Al-Fath, 29).

Persaudaraan dan persahabatan harus pula didasarkan pada kesamaan idealisme dan cita-cita. Dalam kaitan ini, Ibnu 'Athailah, lewat kitab Hikam-nya mengingatkan. Katanya: ''Jangan kamu bergaul dan berteman dengan orang yang idealisme, cita-cita, sikap, dan prilakunya tidak mendorongmu ke jalan yang benar, yaitu jalan Allah SWT.'' Ini mengandung makna bahwa tidak setiap orang layak dijadikan sebagai teman atau sahabat.

Persaudaraan yang sejati, menurut satu Hadits, adalah persaudaraan antara dua anak manusia yang diikat oleh tali dan rasa cinta kepada Allah SWT. Lalu, mereka hidup bersama karena Allah, berjuang bersama karena Allah, dan mati bersama juga karena Allah. Inilah realitas persaudaraan yang sungguh sangat sejati dan abadi.

Dalam kehidupan di mana sekat-sekat antara kebenaran dan kebatilan semakin kabur (tasyabuh), maka identifikasi tentang siapa kawan dan siapa lawan menjadi kabur pula. Dalam keadaan demikian, petuah kaum sufi dalam wacana persaudaraan menjadi relevan untuk direnungkan kembali. Semoga persaudaraan dan persahabatan kita kekal dan abadi!! - ahi

Sumber: Makna Persahabatan oleh A Ilyas Ismail MA (dari Bulletin Dakwah #349)

Saturday, January 9, 2010

The other day I was kind of down ...

Dec 19, 2009 - I read a very touchy poem, wrote by Jessica Perez, 14 years ("punkprincess64"). Unfortunately I was also in a very bad mood. I missed Ira so much. And of course, this "push" myself deeply dropped when I read the poem. I like the poem very much and wish to put it here in my blog. Therefore I left a note to Jess and ask her permission to do it. She replied the next day, but I was s busy with other duties and just opened it today (more than 3 weeks after I request). Jess give me her permission ... thank you Jess.


This is her poem ...


I TOLD YOU (by Jessica Perez)
The other day I was kind of down
So I decided, I'm goin on a walk
I walked for a while until I found a place to sit
Then, I felt the need to talk
I looked up at the sky
Hoping to see you
Up in the clouds
Didn't know where to talk to
I decided you must be up there
Cause that's where you belong
Over the rainbow
Like that one old song
I asked you how you're holdin up
Are you doin okay
I couldn't get very many words out
But I had so much to say
I told you that I miss you
Every minute of every day
I asked you why you left
Why you had to go away
I did something then
That I hadn't really done in a while
I looked up at the sky
and I started to smile
Then I couldn't help it
I started crying
I still can't believe your gone
I never planned on you dying
Then I looked up again
I told you a lot
I told you that with you gone
I'm all I've got
I told you how much it hurts somedays
How in science I want to cry
But to avoid making a scene
I won't break down if I really try
then I asked you what's it like
To not be here anymore
Does it feel good to never wake up
And realize your neck is sore?
Then I realized it was getting dark
But I had one more thing to say
I said I'd never forget you
And then I walked away

(this is to remember Alicia 6/26/1996-2/24/2009)


Isn't it beautiful? So touchy. Thank you again Jess ... on behalf of Ira my wife and me.

Monday, January 4, 2010

TWO INSPIRING NAMES (for me) in 2009



2009 is over. During those 365 days, I noted only two names, which really inspired me totally. If I read again my notes on the heading of this blog - the Beauty of Life does not depend on how Happy you are, but on how Happy others can be because of you - these two people were really doing it properly. What they did was not for them. They did it for other people. Who are those two names?


ALYSSA MILANO – I saw her popular TV show “Who’s The Boss” during 80’s. After that I watched her in “Melrose Place” and “Charmed”. Those are the three titles I keep in my mind, next to her other movies and TV shows. She is beautiful, cute, smart, energetic and … vegetarian (this is special for me). Last Dec-2009, she mentioned something “amazing” in her tweets. She announced her birthday wish and the wish itself was very very very tremendous for me – check http://ow.ly/SxQq for yourself. That’s why I wrote a special note in my blog last December 10, 2009. Thanks to Alyssa who gave me a great inspiration, who gave me a deeper meaning of what I wrote in my blog-heading, and who gave me an idea how we did in our life so far.


KH ABDURRAHMAN WAHID (GUS DUR)the 4th President of Indonesia. I cannot write a long explanation about him, because it is too much. I wrote it in this blog when he passed away last December 2009 (in Indonesian), just a few days prior to New Year. He is one of my inspirations. The way he think, the way he explain, the way he respond, the way he comment, the way he manage his life.


So, those two names will be written in gold ink in my mind. An angel and a teacher.

誰も私を必要と


Walang sinuman pangangailangan sa akin;
Dare mo mō watashi wo hitsuyō to;
Nadie me necesita más;
Personne n'a besoin de moi plus;
Nessuno ha bisogno di me.