WORKSHOP,
IN-HOUSE SEMINAR, CONVENTION/CONGRESS (ORGANIZATION), SYMPOSIUM – beberapa perusahaan besar yang bergerak di jenis industri tertentu kadangkala
menyelenggarakan workshop untuk
keperluan karyawan, dan juga melibatkan mitra kerjanya. Atau bahkan in-house seminar (hanya untuk karyawan)
yang mengundang beberapa pembicara ahli dari luar perusahaan. Ini termasuk
kalangan perminyakan, industri besar, dll.
Di kalangan organisasi dan institusi tertentu,
mereka juga menyelenggarakan konvensi atau kongres, bahwa di organisasi profesi
kalangan kedokteran dan farmasi nama symposium
sudah begitu akrabnya. Di Indonesia saja hampir tiap bulan ada symposium dari kalangan ini yang
dihadiri oleh para dokter, paramedis, dan ahli farmasi.
Secara teknis operasional, acara ini 90% sama
dengan jenis convention event.
Beberapa kelainan yang ada hanyalah faktor pendanaan (non-commercial, dana perusahaan), pembicara (spesifik sesuai
kebutuhan perusahaan), topik bahasan (sangat spesifik sesuai bidang
industri/bisnis perusahaan) dan lokasi (beberapa perusahaan yang sudah
mempunyai ruangan untuk pendidikan & pelatihan lebih suka
menyelenggarakannya di kantor supaya tidak mengeluarkan biaya terlalu besar
untuk keperluan venue).
Tingkat kesulitannya tidak terlampau tinggi dan
persiapannya cukup sederhana – apalagi kalau perusahaan yang rutin
menyelenggarakannya setiap beberapa bulan. Acara ini juga merupakan bagian dari
peran dan fungsi adanya Diklat di sebuah perusahaan. Beberapa EO sudah
memperoleh kepercayaan sebagai penyelenggara acara ini, tentunya dengan salah
satu syarat yang paling mendasar yakni, EO harus memahami betul kebutuhan
industri terkait.
OPEN
HOUSE – jangan diasumsikan bahwa ini adalah ‘open house’ yang dilakukan oleh kepala
negara atau pejabat-pejabat ketika menerima tamu di hari raya keagamaan, atau
sejenisnya.
Open
House yang akan diulas di sini adalah sebuah acara
yang banyak diselenggarakan oleh lembaga pendidikan. Acara ini merupakan suatu multi collaboration event yang unik,
menarik, mampu menyerap banyak pengunjung kalau dikelola dan diolah dengan
baik, dan bahkan dinantikan oleh beberapa kalangan karena kepentingannya.
Mengapa?
Coba kita simak, acara apa saja yang diolah
secara multi collaboration event ini:
Ada seminar tentang lembaga pendidikan terkait
atau tentang salah satu topik di dunia pendidikan maupun profesi yang menarik,
dengan menghadirkan pembicara yang andal, terkenal dan populer
Ada pameran kecil yang menampilkan karya pada
siswa/i maupun lulusan lembaga pendidikan terkait (bahkan apabila ada jurusan
desain busana, maka juga diselenggarakan acara pagelaran busana/fashion show, ada pameran maket oleh
jurusan arsitektur dlsb.)
Ada coaching
programme bagi pengunjung yang ingin mengenal salah satu jurusan dengan
lebih terperinci
Ada 1-on-1
counseling desk, dimana pengunjung bisa berdiskusi dengan para ahli/mentor tentang jurusan yang diminatinya
Ada hiburan dan gerai-gerai makanan ringan maupun
minuman bagi pengunjung
Dan … tentunya ada meja penerimaan siswa baru!
Apabila diolah dengan baik, maka acara ini bisa
semarak mirip dengan PENSI (pentas seni) para siswa/i – bedanya PENSI menitik
beratkan konten acara pada hiburan kesenian, sementara Open House menitik beratkannya pada penerimaan siswa baru dan
pagelaran hasil studi siswa yang sudah ada.
Beberapa lembaga pendidikan menyelenggarakan
acara ini selama 1,5 hari. Pada hari kedua, acara dititik beratkan pada acara
yang statis (penerimaan siswa baru, pameran, 1-on-1 counseling desk).
Di Indonesia baru ada segelintir lembaga
pendidikan yang bersedia mempercayakan acara ini ke EO. Alasan yang selalu
dikemukakan adalah biaya atau besar anggaran yang dibutuhkan. Mereka lebih suka
mengerahkan organisasi siswa/i atau membuat panitia khusus (ad hoc).
Dari berbagai informasi yang terkumpul,
diperoleh kabar bahwa lembaga pendidikan masih belum “berani” menghadirkan
sponsor di acara ini. Ada semacam kekhawatiran bahwa publik maupun kementerian
terkait di pemerintah akan menganggap bahwa mereka sudah meng-komersial-kan
acara tersebut.
Sementara itu sebuah perguruan tinggi swasta
yang pernah mempercayakan acara ini (dalam skala yang besar) kepada sebuah EO,
bahkan berhasil mengerahkan beberapa sponsor yang baik dan juga terkait dengan
dunia pendidikan secara langsung – ada sebuah bank dengan program tabungan
berbea-siswa, ada perusahaan asuransi jiwa berbea-siswa, ada penerbit yang
sekaligus pemilik toko buku besar, ada produsen alat tulis, ada distributor peranti lunak komputer, dan
unit usaha lembaga pendidikan tersebut yang bergerak di dalam bidang kursus
spesialisasi.
Acara ini memang sebaiknya direncanakan dan
dikonsep jauh-jauh hari. Tingkat kesulitannya tidak terlampau tinggi. Kejelian
mencari dan mengusahakan sponsor yang tepat membutuhkan ketekunan kerja.
RELIGIOUS
EVENT – acara Berbuka Puasa Bersama, Halal Bihalal,
Natal Bersama, Paskah Bersama, termasuk dalam religious event. Belum banyak perusahaan yang mempercayakan
penyelenggaraan religious event
kepada kalangan EO. Wajar saja, karena acara ini masih dianggap sebagai acara
internal yang memiliki beberapa keterbatasan, termasuk keterbatasan anggaran,
jumlah audience yang juga tidak
terlampau banyak, dan lain sebagainya.
Meskipun demikian, religious event meninggalkan beberapa catatan teknis yang perlu
memperoleh perhatian dari penyelenggara (siapapun), a.l.:
·
Harus dipisahkan mata
acara ibadah dan hiburan, agar undangan/tamu yang bukan beragama sama tetap
dapat menghadiri perayaan ini, di saat mata acara hiburan
·
Susunan acara yang monotone perlu mendapatkan peningkatan
kreativitas penyelenggara
·
Seringkali penyelenggara
yang berbentuk panitia khusus (ad hoc)
melibatkan jumlah orang yang tidak sedikit, sehingga terjadi ‘tumpang tindih’
di pembagian tugas dan tanggung jawab.
Ketiga hal ini patut memperoleh perhatian,
agar ‘warna’ religious event
benar-benar berbobot dan tidak lagi terasa membosankan.
Tingkat kesulitannya tidak terlalu tinggi, dan
persiapannya pun tidak terlalu lama. Yang menjadi ‘tantangan’ bagi
penyelenggara adalah waktu penyelenggaraan yang tidak boleh terlampau jauh dari
hari raya terkait, sehingga penyelenggara memang harus bekerja ekstra gesit.
SOCIAL
CORPORATE EVENT – sebelum CSR (corporate social responsibility)
dikenal di Indonesia, sebetulnya social
corporate event sudah sering dilaksanakan, mis. donor darah bersama,
pengumpulan dan penyerahan sumbangan ke rumah-rumah yatim piatu maupun wisma
lansia, dan beragam kegiatan sosial lainnya. Sehingga dasar pemahaman acara ini
sudah cukup disadari dan menjadi sebagian budaya perusahaan.
Sejak CSR dikenal dan kemudian semakin populer
di Indonesia, maka perusahaan semakin menyadari kegiatan sosial apa saja yang
sebetulnya mampu memberikan manfaat bagi masyarakat. Jenisnya pun mulai
bertambah. Beberapa perusahaan besar menyisihkan keuntungan yang diraihnya
untuk berbagai kegiatan sosial. Bahkan kini dana untuk CSR sudah dianggarkan
setiap tahunnya.
Ikut serta menyerahkan Qurban di Hari Raya Idul Adha, membangun atau memperbaiki gedung-gedung
sekolah (kebanyakan di daerah), turut membangun fasilitas umum (perbaikan
jalan, MCK bersama dll.), maupun fasilitas khusus (rumah ibadah) sudah dikenal
baik.
Di dalam public
relations, berbagai kegiatan ini dikaitkan dengan community relations – secara makro (generasi, bangsa) maupun mikro
(lingkungan, komunitas). Mulai dari bantuan bagi karyawan dan keluarganya yang
mengalami musibah (mikro), memberikan beasiswa kepada anak karyawan (mikro)
sampai pada bantuan bagi korban bencana alam (makro), pembangunan irigasi dan
instalasi air bersih di daerah terpencil (makro), turut menanam bibit pohon di
kawasan tertentu untuk mencegah erosi dan banjir (makro).
Ada kalimat yang sering dikumandangkan untuk
kegiatan sosial seperti ini – “Mana yang lebih bermanfaat, memberikan alat
pancing (joran) atau memberikan ikan hasil pancingan?”
Keterlibatan EO lebih banyak pada puncak acara
peresmian kegiatan sosial itu sendiri. Belum banyak perusahaan yang melibatkan
EO dalam kegiatan sosial seperti ini. Karena kegiatan sosial komunitas yang
bersifat makro biasanya membutuhkan waktu lama, sementara yang mikro bisa
dilaksanakan sendiri oleh perusahaan.
Anggaran memang sulit diukur seberapa
besarnya, kesemuanya itu tergantung pada kegiatan sosial apa yang akan
dilaksanakan.
Sementara tingkat kesulitannya juga sangat
tergantung pada kegiatan itu sendiri.
EXHIBITION/TRADE
SHOW – perusahaan pabrikan (manufacturer) dan produsen, maupun distributor barang impor skala besar, lebih mampu menyelenggarakan
pameran tunggal. Pertama, karena varian produk mereka yang luas/banyak (mis.
Unilever, Sinar Mas, Astra Group, Indo Group, OT Group, FMM). Dan kedua, karena
perusahaan sejenis ini memang berkemampuan untuk melakukannya demi kepentingan
pemasaran mereka.
Bagi perusahaan yang biasa-biasa saja, mereka
lebih memilih menjadi peserta sebuah pameran terkait. Harus kita sadari bahwa
ada banyak sekali alasan keikut sertaan sebuah perusahaan di pameran (pameran
penjualan, pameran dagang dll.).
Apabila perusahaan menyelenggarakan sendiri pameran
tunggal, maka besar sekali kemungkinan ada PEO (professional exhibition organizer) atau EO (event organizer) yang terlibat di dalam acara tsb. karena tingkat
kesulitan penyelenggaraan sebuah pameran memang cukup tinggi.
Di dalam sebuah pameran tunggal, maka PEO atau
EO yang dipercaya tadi, harus menyusun dan menata seluruh prosedur dan proses
kegiatan secara baik dan terencana.
Beberapa perusahaan yang berpameran tunggal
bahkan melakukan kolaborasi event ini
dengan peringatan tertentu keperluan perusahaan.
Unilever dalam memperingati kehadirannya di
Indonesia, bahkan menyelenggarakan pameran tunggal besar-besaran, yang
merupakan salah satu kegiatan mereka selama beberapa hari – sebuah multi collaboration event yang sangat
terencana dengan baik.
Anggaran tentunya cukup besar bagi pameran
tunggal.
Sangat berbeda apabila perusahaan hanya
menjadi peserta di sebuah pameran. Maka di dalam kegiatan seperti ini EO tidak
pernah dilibatkan, karena konsentrasi pelaksanaannya merupakan tanggung jawab Marketing
Dept. perusahaan yang bekerja sama dengan PR Dept (kalau ada), advertising
agency rekanan (kalau terikat pada kerja sama) dan bagian-bagian lain di
perusahaan yang mampu mendukung keikut sertaan tsb.
Khusus mengenai pameran (exhibition) ada paket program terpisah.
OUTING/OUTBOUND,
TEA WALK – termasuk beberapa outdoor sport event lainnya (bersepeda bersama, jalan sehat di
Minggu pagi), termasuk event yang
bisa dimanfaatkan untuk melestarikan budaya perusahaan. Melalui event seperti ini jalinan kerja sama antar
karyawan, kebersamaan dan kekeluargaan, fisik yang sehat dan produktif, dll
bisa dijadikan aspek manfaatnya.
Ada yang bisa diselenggarakan sebagai salah satu regular activity (jalan sehat Minggu
pagi) tiap sebulan sekali, atau bahkan ada juga yang diselenggarakan berkaitan
dengan corporate anniversary
(bersepeda bersama), atau digabungkan dengan employee/family gathering (tea walk, outing/outbound).
Kalau sudah digabungkan dengan corporate anniversary atau employee/family gathering, biasanya EO
mulai terlibat atau dipercaya untuk menjadi pelaksananya.
Khusus
untuk outing/outbound, di Indonesia
sudah banyak berdiri outdoor activities
event organizer. Mereka memang specializing
di sektor ini. Bahkan termasuk tea walk,
ecotourism maupun voluntourism.
Mereka bukan hanya bertindak selaku organizer/executor,
tetapi juga menyediakan instructor
dll.
Tingkat
kesulitan tidak terlampau tinggi bagi organizer
yang memang specializing di sektor
ini, tetapi tentunya akan cukup menyulitkan bagi EO biasa yang tidak memahaminya
secara baik. Anggaran sangat tergantung pada jumlah peserta, lokasi, keragaman
mata acara dan akomodasi yang diperlukan.
Kerja
sama antara EO yang menjadi penyelenggara acara pokok dengan specializing organizer bisa saja
dilakukan agar tujuan event ini tercapai.
APPRECIATION REWARD,
ACHIEVEMENT REWARD – seringkali kita menyaksikan iklan berwarna sehalaman penuh di salah
satu media cetak ibukota yang memuat banyak foto karyawan sebuah perusahaan. Di
iklan tersebut mereka masing-masing memperoleh “gelar” atas keberhasilan mereka
(prestasi kerja). Perusahaan yang seringkali menampilkan iklan seperti ini
adalah dari kalangan bisnis property
dan asuransi. Sales & Marketing force
mereka memang bekerja dengan target
yang tidak kecil dan benar-benar membutuhkan ketrampilan (selling skill) dan motivasi yang baik. Atas keberhasilan mereka
maka perusahaan memberikan apresiasi dalam bentuk penghargaan (beragam
bentuknya, di samping financial incentive,
dan “gelar” tadi, kadangkala mereka juga menerima bonus lain lagi). Sebuah
iklan sehalaman penuh ditayangkan dan foto mereka menghiasi iklan tersebut. Publik yang menjadi klien mereka turut bangga atas keberhasilan ini.
Acara puncak biasanya diselenggarakan secara
khusus di sebuah hotel berbintang lima atau di convention center yang megah.
Acara seperti ini tingkat kesulitannya
sedang-sedang saja. Barangkali yang harus menjadi pertimbangan adalah : tujuan acara sejalan dengan budaya
perusahaan, biaya yang dikeluarkan harus sesuai dengan kebutuhan, intinya bukan
soal mewah dan “heboh” tetapi pesan perusahaan sebagai apresiasi bisa diterima
oleh karyawan dengan baik.
PERESMIAN
KANTOR/CABANG BARU – ini adalah salah satu
dari official corporate event -
acara2 perusahaan yang bersifat resmi. Tingkat kesulitannya rendah. Anggaran
biasanya terbatas, sesuai kebutuhan saja. Kecuali peresmian gedung kantor pusat
yang baru, yang biasanya diselenggarakan dengan sangat meriah dan memerlukan
anggaran tidak kecil. Faktor protokol peresmian lebih mendominasi konsentrasi
penyelenggara. Kreativitas atas bentuk peresmiannya sendiri juga diperlukan
dengan benar, menarik, memikat, dan bisa menjadi bahan publikasi.
Acara ini juga kadang2 diimbuhi dengan
beberapa acara tambahan lainnya, mis. press
conference atau pameran sederhana. Lokasi dan daftar undangan turut
menentukan kemeriahan acara.
Beberapa EO sudah pernah menerima pekerjaan ini.
SERAH TERIMA JABATAN,
PELANTIKAN – (hand-over ceremony,
inauguration ceremony) official corporate event lainnya. Sifatnya bahkan
lebih internal. Di kalangan BUMN/BUMD atau kantor pemerintah, acara ini
bersifat sangat resmi. Standing atau seating arrangement dan tata cara
protokol yang penting dikuasai dengan baik oleh penyelenggara. Anggaran terbatas. Tingkat kesulitan cukup rendah.
Daftar undangan biasanya juga terbatas. Susunan
acara sangat mengikat karena kepentingan protokol. Peliputan media/pers juga
ada, kadang2 disertai dengan press
conference.
Di perusahaan swasta, acara ini jarang
diselenggarakan secara besar2an, kecuali pada perusahaan yang besar/multinasional
atau sudah Tbk.
Masih jarang dipercayakan ke EO, karena sifat
internalnya tadi.
PENANDA-TANGANAN KERJA
SAMA/PERJANJIAN – (official signing ceremony of
agreement/MOU and such of) masih official
corporate event. Mirip dengan acara Serah Terima Jabatan/Pelantikan, acara
ini juga biasanya bersifat internal. Keterlibatan eksternal biasanya hanya pada
peliputan media/pers yang disertai dengan press
conference.
Penanda-tanganan
kerja sama/perjanjian yang melibatkan BUMN/BUMD, kantor dan lembaga pemerintah
biasanya sangat resmi, penuh dengan tata cara protokol. Daftar undangan sangat
berperan, apalagi kalau penanda-tangannya dihadiri kepala negara atau pejabat
tinggi lainnya.
Tingkat kesulitan dan ketersediaan anggaran mirip
dengan Serah Terima. EO juga masih sangat jarang menerima pekerjaan seperti
ini, karena faktor internal yang sangat berpengaruh di acara ini.
Saya berkesempatan menangani acara ini sebanyak 2
kali – yang pertama adalah di perusahaan swasta asing, dan yang satu kali lagi
di sebuah kementerian, dimana penanda-tangan perjanjian adalah Direktur
Jenderal terkait dan Duta Besar negara sahabat terkait.
IPO (Initial Public
Offering) EXPOSE – salah satu corporate event
yang tersulit. Membutuhkan persiapan yang sangat cermat, teliti,
terperinci, lama, dan menguras enerji. Acara ini hanya diselenggarakan ketika
sebuah perusahaan akan ‘go public’.
Perusahaan diwajibkan untuk mempersiapkan semua elemen yang penting. Mis. auditing, due diligence, publication,
promotion, annual corporate report, kerja sama dengan Kementerian Keuangan,
BAPEPAM, ISX (Indonesia Stock Exchange),
dlsb. itu adalah alasan mengapa acara ini harus dipersiapkan sejak lama. Salah
satu bank pemerintah yang melakukan merger
dan kemudian ‘go public’ beberapa
tahun lalu, mempersiapkannya lebih dari 1 tahun.
Di Jakarta ada beberapa EO yang spesialisasi
dalam penyelenggaraan acara ini. Mereka sudah sangat faham seluruh lika-liku
dan proses pengerjaannya. Kebanyakan di antara mereka sering bisa ditemui di
BAPEPAM atau melalui beberapa pejabat di Kementerian Keuangan.
Tingkat kesulitannya tinggi. Anggaran cukup besar
(bahkan di beberapa perusahaan tertentu, anggaran yang disediakan besar
sekali). Prosedur dan proses pengerjaannya sangat mengikat. Keterkaitan
berbagai pihak sangat kuat. Faktor budaya perusahaan menjadi faktor penentu.
Peraturan pemerintah dan ketentuan lainnya menjadi elemen referensi yang sangat
penting. Pemilihan venue harus cukup
seksama. Keterlibatan media/pers di press
conference maupun peliputan sangat penting.
Protokol sering tidak bisa diabaikan karena
kehadiran beberapa pejabat pemerintah.