Jiwa ini menghidupi anggur-anggur yang bersemai. Aku peras bulir-bulirnya. dan aku suguhkan buat mereka yang kehausan. Surga menyalakan pelitaku dengan minyak nan harumnya. Dan aku menaruhnya di kusen jendela rumahku buat mereka yang melintasi kegelapan malam.
Kulakukan ini semua karena aku hidup dalam diri mereka. Dan apabila talian takdir mengikat, mengekang tanganku dari melakukan hal itu, lebih baik aku mati.
Karena aku seorang pengembara, dan bila aku tak dapat memberi maka aku tak layak menerima.
Kemanusiaan mengusik bagai prahara. Tapi aku mengeluh, mendesah dalam kesenyapan. Karena aku tahu, amuk badai kan reda kala keluh dan desah dalam Kuasa Ridha Allah.
Kita begitu tergantung pada perkara-perkara yang membekukan bagai salju atau menghanguskan bagai bara. Tapi aku mendamba pendar cahaya cinta kasih yang kan menyucikan hati dan menghanguskan ketamakan duniawi dengan apinya.
Sebagaimana cinta kasih menghidupkan hati manusia dengan pedih perih, demikianpun kedunguan mengajarinya mencari jalan kerarifan.
Pedih perih dan kedunguan mengantarkan suka cita agung dan kearifan nan adiluhung, sebab kearifan Sang Abadi tiada mencipta sesuatu yang sia-sia di bawah asuhan matahari.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment